Laman

Saturday, May 28, 2011

Acton Plan: Bagaimana me’nyetel’ mind-set

4 Acton Plan: Bagaimana me- nyetel mind-set
Pada bagian Pendahuluan telah dibahas bagaimana mind-set terbentuk, dan bahwa ketiga ranah dalam diri kita turut berperan. Oleh karena itu upaya perubahan ‘mind-set’ perlu menelusuri jalur yang sama. Kita akan coba melihatnya ranah demi ranah.

4.1 Ranah Spiritual
Tadi dijelaskan bahwa kita perlu menyadari secara obyektif mengenali siapa diri kita sebenarnya ? Apa yang hendak kita perbuat dengan hidup ini. Apa tujuan hidup ini ? Barang kali kita perlu bertanya lebih mendasar lagi, atas kehendak siapa kita hadir di dunia ini? Yang pasti bukanlah kehendak diri kita sendiri. Apabila kita sependapat bahwa kehadiran kita masing-masing di dunia ini atas kehendak Sang Pencipta, maka kedaulatan atas hidup ini sesungguhnya ada pada Nya. Namun demikian, syukur Alhamdulillah, kita tidak diperlaku kan sebagai robot, tetapi diberi kebebasan berkehendak dan kebebasan memilih, dan dengan begitu menjadi selayaknya kita bertanggung jawab.

Masing-masing kita diciptakan unik, sejagat raya tidak ada yang sama. Masing-masing kita dibekali sejumlah potensi yang berbeda-beda. Kita pun sepaham bahwasanya Yang Maha Kuasa adalah Maha Adil. Jadi, konsekwensi logiknya, kepada mereka yang diberi potensi banyak, pasti dilekatkan tugas misi yang membutuhkan banyak potensi. Mereka yang dibekali potensi sedikit, tidaklah mungkin diberi tugas yang melebihi potensinya. Jadi kenyataan bahwa Anda saat ini adalah mahasiswa, berarti potensi yang dibekalkan kepada Anda berada di atas rerata orang-orang sebaya Anda paling tidak di Indonesia. Dari sudut peluang belajar diperguruan Tinggi, Anda termasuk ’the top 10 percent ’ bangsa ini. Maka apabila perilaku Anda sama saja dengan mayoritas orang Indonesia, maka ”it must be something wrong with you’ . Arti nya masih ada sejumlah potensi di diri Anda yang mubazir. Persoalannya sekarang, apakah Anda siap mempertanggung jawabkan nya kepada Sang Pencipta ata kemubaziran tersebut? Kita tahu Dia tidak suka kemubaziran.

Bila demikian halnya, apa yang perlu kita lakukan dengan hidup ini ? Mudah-mudahan Anda bisa sepakat dengan saya, bahwa yang paling tahu hidup kita untuk apa adalah Yang menciptakan kita, sebab ‘blue print’-nya ada padaNya. Maka, sangat wajarlah apabila kita berkonsultasi kepadaNya, mencari tahu dari apa yang dibekalkan kepada kita, dari berbagai peluang yang disuguhkan kepada kita, dan dari berbagai hal yang dapat kita belajar; apa maksud dan peruntukkan kita dihadirkan di dunia ini. Jawaban kita masing-masing atas pencarian ini, akan merupakan fondasi dari ‘mind-set’ kita masing-masing. Maka salah satu tujuan penting dihidup ini adalah mencari tahu hal-hal hakiki ini, yang mungkin saja membutuhkan waktu sepanjang dan seumur hidup kita. Hal lainnya adalah kita perlu belajar menjadi orang sebagaimana dimaksudkan Pencipta ketika menciptakan kita, atau dalam bahasa agama, sesuai ‘fitrah’, sesuai ‘blue print’.

Selanjutnya, di atas fondasi itulah kita menurunkan segala sesuatunya yang lebih normative praktis. Tentu saja dalam perjalanan kehidupan seringkali kita tergeser beralih arah. Itu sebabnya, secara berkala kita perlu melakukan pemutahiran jawaban-jawaban atas pertanyaan hakiki tadi, dan dengan demikian mind-set kita dapat pula dimutahirkan tanpa kehilangan fondasinya.

4.2 Ranah Kejiwaan - Psikologik
Pikiran, perasaan dan kehendak sebagai pilar-pilar utama ranah ini, memerlukan perhatian dan perawatan. Mind-set mempunyai aspek cognitif ( pikiran) , affective ( perasaan) dan connatif ( kehendak-tindak). Oleh karena itu , pembentukkan dan perubahan ‘mind-set’ bias melalui ketiga jalur tersebut. Artinya, bisa mulai dari aspek kognitif, dengan mempertanya kan kembali gagasan-gagasan yang selama ini kita anggap benar, berlaku. Dalam proses pemutahiran (updating) ini, tidak selamanya gagasan lama akan digantikan oleh gagasan baru. Bisa saja setelah kita mengkaji ulang gagasan tersebut, kita tetap beranggapan bahwa idea tersebut baik dan perlu dipertahankan; bahkan setelah mempertimbangkan berbagai informasi baru yang kita terima sekalipun. Juga bisa terjadi, dengan adanya informasi/ fakta baru, kita meyakini bahwa memang gagasan tersebut sudah usang (’out of date’), jadi perlu kita ganti dengan modifikasinya atau samasekali baru. Dengan begitu aspek kognitif dari mind-set telah dimutahirkan. Bayangkan ada orang yang tidak pernah mengkaji ulang apa yang ada di kognisinya, berarti mind-set nya, asli-untouch, kuno, bukan klasik.

Selanjutnya proses pemutahiran ini berlanjut ke aspek affektif, dengan mengkaji perasaan kita, dan selalu mungkin valensi perasaan ini bisa menguat atau mengecil dengan arah yang sama ataupun yang berlawanan. Lebih lanjut, komitmen akan mengarahkan kehendak menjadi tindakan, sejalan gagasan dan perasaan kita. Dengan perkataan lain, kita bertindak sudah berdasarkan pada mind-set yang baru.

Jalur lain, melalui pemutahiran perasaan terlebih dahulu. Kadang-kadang valensi perasaan begitu kuat di satu arah ( terlalu positif ataupun terlalu negatif), menghalangi proses pemutakhiran. Oleh karena itu, sebaiknya perasaan trlebih dahulu dimutakhirkan, lewat mengalami arah baru, sehingga valensinya bisa berkurang, bahkan sampai netral, barulah dibarengi dengan pemutahiran gagasan dan kehendak.

Jalur lain lagi lewat pembiasaan perilaku baru (’conditioning’). Dengan jalur ini, kita tanpa banyak berpikir dan terlepas dari perasaan ’terpaksa’ melakukan tindakan-tindakanbbaru. Setelah menjadi kebiasaan baru, muncul perasaan baru dan kemudian diberi makna baru. Pada akahirnya menjadi ’mind-set’ baru. Namun demikian, untuk jalur ini perlu lebih berhati-hati, sebab jarang sekali pembiasaan ini dibarengi perasaan netral, biasanya muncul perasaan negatif, yang justru bisa menjadi ’bumerang’ dalam proses pemutahiran gagasan nantinya; Sehingga perubahan tingkah laku terjadi tanpa perubahan mind-set, lalu jadilah seperti yang dikatakan ”kaki sudah berada di mercy, tetapi kepalanya masih di pedati.”

Menjadi jelas bahwa proses pemutakhiran ’mind-set’ hanya bisa dilakukan oleh yang bersangkutan. Fihak lain bisa memfasilitasi, tetapi pemutahiran hanya bisa dilakukan yang bersngkutan. Proses pemutahiran ini sendiri seyogyanya menjadi kebiasaan orang yang ingin maju. Hanya dengan selalu berupaya mutakhir-lah kita bisa berpacu dengan perubahan lingkungan global ini. Sebagai ilustrasi, Anda sulit maju kalau Anda tidak bersedia memutakhir
kan perangkat belajar Anda seperti: kemampuan membaca (termasuk bahasa asing), kemam puan meng-akses informasi lewat perpustakaan, apalagi dari global resources lewat internet, dst. Sehingga mau tidak mau, menjadi civitas academica punya konsekwensi terbuka untuk kemutakhiran. Hal ini bisa dimungkinkan apabila secara sadar Anda men-nyetel mind-set Anda, sehingga sesuai.

4.3 Ranah Jasmani - Fisik
Semua proses dalam diri kita didukung oleh instrumen (perangkat keras ?!?) yang dibekalkan dalam tubuh kita. Ada yang sudah jadi sejak lahir ( misalnya trio tulang di ruang tengah telinga) ; tetapi sebagian besar diperbaharui, berkembang sejalan dengan perkembangan manusianya ( misalnya otak, relung otak dan dendrit syaraf bertumbuh dan berkembang sejalan dengan aktifitas perilaku manusia pemiliknya) . Oleh karena itu, pemutakhiran tubuh menjadi sangat penting.

Tubuh sendiri telah mempunyai perangkat dan mekanisme untuk selalu memperbaharui dirinya, pergantian sel-sel mati, pertumbuhan, penguatan dsb Prosesnya berjalan bahkan hampir tanpa kita sadari. Namun demikian ada sejumlah kondisi yang perlu ada, agar proses tersebut berlangsung, antara lain: nutrisi yang seimbang dalam jumlah maupun komposisi sebagai asupan, juga keurutan dan timing masuknya ke dalam tubuh.; Tubuh memerlukan asupan vital yaitu oksigen dalam udara segar ( dalam 5 menit otak tidak mendapat supply udara segar (O2) maka sistemnya akan segera ’shut down’, Tubuh juga membutuhkan kondisi relax, istirahat agar proses pergantian sel bisa berlangsung.

Oleh karena itu kitapun perlu mencari tahu, apa dan bagaimana cara merawat dan memelihara tubuh ini, agar segala sesuatunya bisa berjalan sesuai rancangannya, ( default dari design-nya) untuk keperluan itu perlu dipelajari ’buku manual’ yang diterbitkan Sang Pencipta.

Dari uraian di atas, nampak jelas bahwa interaksi antar komponen di ketiga ranah bekerjasama membentuk dan memodifikasi ’mind-set’ kita. Mind-set sendiri sangat penting karena persepsi dan perilaku kita diarahkan oleh mind-set . Sering hampir tanpa kita sadari, ’mind-set’ kita memandu kita memaknai dunia dan ia juga yang memimpin kita memasuki dunia dengan cara dan corak yang ia anggap benar.

Sebelum mengakhiri modul ini, berikut ada sejumlah tips untuk merawat ’mind set’ kita agar tetap mutakhir.
Putuskan tujuan hidup Anda, jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek
Rencanakanlah secara ‘backward’ ke hari ini, maka Anda akan tahu apa yang perlu hendak Anda lakukan hari ini, dan setiap harinya ke depan.
Be open-minded terhadap gagasan ataupun pengalaman baru
Be whole-hearted dalam menjalani komitmen terhadap tujuan hidup yang sudah kita pilih dan tentukan.
Be responsible untuk semua yang kita putuskan, lakukan dengan segala konsekwensi dan resikonya.
Bersiaplah maju, lakukan proses pemutakhiran dari waktu ke waktu
Secara praktikal, buatlah jurnal pribadi, sebab dengan menuliskan jurnal pribadi , Anda bisa menambah kesadaran diri, ’memaksa’ Anda membuat refleksi pikiran Anda. Lakukanlah ini setiap kali Anda selesai dengan suatu segmen kehidupan ( seusai kulaih, seusai baca buku,dst.) Tulisan itu akan merupakan asset penting bagi hidup Anda. Ketika Anda membacanya kembali suatu saat, Anda dapat melihat bagaimana perkembangan pemutakhiran mindset Anda dari hari ke hari.


salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Silahkan Komentar maupun Pesannya.... lampirkan alamat email atau web anda:..... Thanks