Laman

Saturday, June 11, 2011

‘The Zahir’ antara rel kereta api dengan perkawinan

Buku The Zahir karangan Paulo Coelho. Dalam bukunya itu tokoh dalam cerita the Zahir secara unik mengamati rel kereta dan sampai pada fakta yang unik yaitu tidak penting sesederhana atau secanggih apapun teknologi perkeretapian yang digunakan, ternyata jarak sepasang rel yang menjadi landasan kereta api canggih ataupun sederhana tadi adalah tetap berjarak 143,5 cm.

Di dalam bukunya, menghubungkan antara rel kereta api dengan perkawinan. Digambarkan dalam buku bahwa sang tokoh utama seorang penulis terkenal telah ditinggal begitu saja oleh istrinya, pendeknya istrinya yang dicintai dan mencintainya telah mangkir dari rumah tangga mereka dan belakangan diketahui untuk tujuan memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dengan cara yang tidak biasa. Entah mengapa sang tokoh tertarik mengamati rel kereta pada suatu kesempatan di stasiun dan sampailah dia pada perenungan.
Pertanyaannya apa hubungan antara rel kereta api dengan perkawinan? Coelho membahas dengan cara yang unik namun sangat mengena. Katanya, konon jika dua orang menikah maka mereka harus terus mempertahankan posisinya tersebut sampai akhir hayat mereka. Pasangan itu harus bergerak berdampingan seperti layaknya sepasang rel kereta, tetap menjaga jarak yang sama. Meskipun terkadang sebagian dari kita membutuhkan sedikit jarak yang lebih jauh atau lebih dekat, hal itu melanggar aturan. Aturannya mengatakan bahwa kita harus rasional, pikirkan masa depan, pikirkan anak-anak kita. Kita tidak dapat berubah, kita harus seperti sepasang rel kereta yang harus tetap menjaga jarak yang sama di sepanjang jalur mulai dari tempat keberangkatan yaitu pada saat anak-anak kita lahir sampai dengan tibanya mereka di tujuan.
Aturan yang ada tidak membolehkan cinta untuk berubah atau cuma berkembang pada saat berangkat dan menghilang di tengah jalan, sungguh berbahaya. Yang diperlukan adalah jarak yang sama, kekompakan, fungsi alamiah yang sama. Tujuan kita adalah mengantarkan kereta yang membawa anak-anak kita melesat ke masa depan mereka. Anak-anak kita akan sangat bahagia jika kita para orang tuanya tetap menjaga jarak 143,5 cm seumur hidup kita. Jika kita tidak merasa bahagia dengan sesuatu yang tidak berubah, cobalah untuk berpikir tentang mereka, kebahagiaan anak-anak kita, yang sudah kita bawa ke dunia ini.
Saya juga jadi teringat waktu masih es-em-a n qulyh dulu jamannya keranjingan kegiatan radio komunikasi amatir yang lebih dikenal istilah ‘nge-break’. Angka 143 suka diucapkan ketika sedang gombal-gombalan sesama ‘breaker’, 143 disini adalah kepanjangan dari ‘I Love You’. Sekarang ada angka 143,5, kalau saya terjemahkan secara sederhana dalam bahasa breaker jadi I love you half. Seolah sudah ada firasat pembuat rel kereta, jika dianalogikan dengan rel kereta, maka perkawinan adalah berisi komitmen masing-masing separuh cinta untuk menjadi satu cinta yang utuh, yaitu dalam perkawinan.

Salam Kekuatan Berawal Dari Hati bayoete.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Silahkan Komentar maupun Pesannya.... lampirkan alamat email atau web anda:..... Thanks