Laman

Showing posts with label Psikologi. Show all posts
Showing posts with label Psikologi. Show all posts

Saturday, August 6, 2011

Bismillah untuk Hati

Tulisan sebelumnya pada "Menatap Dinding Pada Kristik "Bismillahirrahmannirrahim" 
Renungan Q? sudahkh ion positif itu mnempel ddlm jiwa Qta, atw malah sbalikny? Tolong jawablah ddlm hati dgn seju2rnya!...

Sbenarny pa sih keistimewaan dr bismillah sehingga Allah dan Rasul-Nya mnsyariatkn kpd Qta u/ memulai segala aktivitas, perbuatan dan kegiatan dengan membaca bismillah?

Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa “bismillah merupakan inti kandungan ajaran Islam” karena di situ ada unsur keyakinan terhadap Allah yang telah memberikan kekuatan sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas yang diinginkan, pangakuan akan ketidakberdayaan seseorang di hadapan Allah Taala. “La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah). Apalagi kalau bacaannya kita sempurnakan dengan kata bismillahirrahmanirrahim maka kita telah meyakini akan kebesaran Allah yang telah memberikan nikmat dan karunia, kasih sayang dan rahimnya kepada seluruh makhluk-Nya.

DR. H. RUSLI HASBI, MA
Mukaddimah
Ada khurafat (kepercayaan yang tidak berdasarkan dalil) di tengah masyarakat bahwa semua Al-Quran berada dalam Al-Fatihah. Anggapan seperti itu keliru. Tidak benar bahwa semua isi Al-Quran ada dalam Al-Fatihah. Al-Fatihah salah satu dari 114 surat, bukan semua Al-Quran. Cuma, kita harus tahu bahwa Al-Fatihah melebihi semua surat yang lain. Kalau tidak, mengapa Al-Fatihah dijadikan rukun dalam shalat? Tidak sah shalat tanpa di dalamnya Al-Fatihah. Berarti Al-Fatihah memang memiliki keutamaan.  Salah satu keutamaan Al-Fatihah terdapat pada awal suratnya.

Pada awal surat Al-Fatihah, Allah SWT berfirman:
Bismillahirrahmanirrahim (QS 1:1)
Salah satu hikmah Bismillah (disebut juga “basmalah”) dijelaskan berikut ini. Lihat juga penjelasan saya tentang Arrahmanirrahim. 

Mulai dengan Bismillah
Ayat yang pertama berbunyi, “Bismillahirrahmanirrahim”. Artinya, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Setahu saya, tidak ada kalimat dalam dalam Bahasa Indonesia yang dimulai dengan kata “dengan”. Seperti tulisan “ke Bandung” ditempel di papan penunjuk jalan. Ada bagian kalimat yang terbuang sebelum “ke” itu. Begitu juga dengan kata “dengan”, ada yang belum diterjemahkan sebelum kata itu.

Contoh, kita mau membaca Al-Quran. Kita mengucapkan bismillahirrahmanirrahim. Arti yang sebenarnya adalah, “Saya baca Al-Quran ini dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Begitu juga kalau kita mau makan. Begitu kita pegang nasi kita ucapkan basmalah. Artinya, “Saya makan hidangan ini dengan menyebut nama Allah.” Demikian seterusnya. 

Kalau begitu, dalam syariat Islam, manusia tidak boleh bergerak tanpa seizin Allah. Dengan kata lain, tidak sepantasnya manusia mengerjakan hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Hikmah membaca basmallah adalah supaya gerak-gerik kita tidak jauh dari Allah, sebagai tanda kita selalu beriman kepada-Nya.

Barangsiapa mengerjakan kebaikan tanpa memulainya dengan basmalah, maka kebaikan itu tidak berkah. Setiap permulaan suatu perbuatan perlu disuntik dengan basmalah supaya hati kita selalu dekat dengan Allah. 

Bismillah atau Bismillahirrahmanirrahim
Rasulullah SAW dalam setiap perbuatannya lebih sering mengucapkan bismillah daripada bismillahirrahmanirrahim. Mau menyembelih beliau SAW mengucapkan “bismillahi allahu akbar”, bukan “bismillahirrahmanirrahim allahu akbar”. Mau pakai sepatu, bismillah. Tentu saja, tidak salah mereka yang mengucapkan bismillahirrahmanirrahim. Hanya itu bukan kebiasaan Rasulullah SAW yang dominan.

Kesimpulan
Kalimat bismillah ini lebih pendek dan lebih mudah untuk kita amalkan dibandingkan versi lengkapnya. Apa salahnya kita selalu mengamalkan bismillah dalam setiap perbuatan kita. Insya Allah, berkat bismillah kita akan terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela.

  Salam Kekuatan Berawal Dari Hati bayoete.blogspot.com

Wednesday, June 1, 2011

Falsafah Burung Hantu

Motivation Q


Jadi lah seperti Burung Hantu yang Bijaksana


Smakin banyak ia Melihat, Smakin sedikit ia Bicara


Smakin sedikit ia Bicara, Smakin banyak ia Mendengar.

 Salam Kekuatan Berawal Dari Hati bayoete.blogspot.com

Saturday, May 28, 2011

Daftar Bacaan Lanjut Mind Set

Daftar Bacaan Lanjut Mind Set
design by: Adam, Ika, Ragil, Solehudin
Calne, Donald B., 2004, ”BATAS NALAR” Rasionalitas dan Perilaku Manusia, KP Gramedia, Jakarta

Chang, & Simpson, D. (1997), The circle of learning: Individual and group processes. Education Policy Analysis Archives. V5, No. 7. http://olam.ed.asu.edu/epaa/v5n7/

Dweck, Carol S, 2006, ” MINDSET : The New Psychology of Succes”, Random House, New York.
Dweck, Carol S, 2007, ” Change Your MIND-SET Change Your Life” – Cara Baru melihat Dunia dan Hidup Sukses tak Terhingga, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta

Jones, R.Nelson, 1989, ”Effective Thinking Skills”, Cassell Educational limited, London

Kanosuke Matsushita, 1992, ”AS I SEE IT”, PHP Institute, Inc, Tokyo.

Rhenald Kasali, 2007, ”RE-CODE” Your Change DNA- Membebaskan Belenggu –Belenggu untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan dalam Pembaharuan, Cetakan ke-3, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Rokeach, Mlton, 1960, ”The OPEN and CLOSED MIND”, Basic Books, Inc, New York

Shapiro, Stephen M, 2006, ”GOAL - FREE LIVING” , John Wisley & Sons, Inc.

Acton Plan: Bagaimana me’nyetel’ mind-set

4 Acton Plan: Bagaimana me- nyetel mind-set
Pada bagian Pendahuluan telah dibahas bagaimana mind-set terbentuk, dan bahwa ketiga ranah dalam diri kita turut berperan. Oleh karena itu upaya perubahan ‘mind-set’ perlu menelusuri jalur yang sama. Kita akan coba melihatnya ranah demi ranah.

4.1 Ranah Spiritual
Tadi dijelaskan bahwa kita perlu menyadari secara obyektif mengenali siapa diri kita sebenarnya ? Apa yang hendak kita perbuat dengan hidup ini. Apa tujuan hidup ini ? Barang kali kita perlu bertanya lebih mendasar lagi, atas kehendak siapa kita hadir di dunia ini? Yang pasti bukanlah kehendak diri kita sendiri. Apabila kita sependapat bahwa kehadiran kita masing-masing di dunia ini atas kehendak Sang Pencipta, maka kedaulatan atas hidup ini sesungguhnya ada pada Nya. Namun demikian, syukur Alhamdulillah, kita tidak diperlaku kan sebagai robot, tetapi diberi kebebasan berkehendak dan kebebasan memilih, dan dengan begitu menjadi selayaknya kita bertanggung jawab.

Masing-masing kita diciptakan unik, sejagat raya tidak ada yang sama. Masing-masing kita dibekali sejumlah potensi yang berbeda-beda. Kita pun sepaham bahwasanya Yang Maha Kuasa adalah Maha Adil. Jadi, konsekwensi logiknya, kepada mereka yang diberi potensi banyak, pasti dilekatkan tugas misi yang membutuhkan banyak potensi. Mereka yang dibekali potensi sedikit, tidaklah mungkin diberi tugas yang melebihi potensinya. Jadi kenyataan bahwa Anda saat ini adalah mahasiswa, berarti potensi yang dibekalkan kepada Anda berada di atas rerata orang-orang sebaya Anda paling tidak di Indonesia. Dari sudut peluang belajar diperguruan Tinggi, Anda termasuk ’the top 10 percent ’ bangsa ini. Maka apabila perilaku Anda sama saja dengan mayoritas orang Indonesia, maka ”it must be something wrong with you’ . Arti nya masih ada sejumlah potensi di diri Anda yang mubazir. Persoalannya sekarang, apakah Anda siap mempertanggung jawabkan nya kepada Sang Pencipta ata kemubaziran tersebut? Kita tahu Dia tidak suka kemubaziran.

Bila demikian halnya, apa yang perlu kita lakukan dengan hidup ini ? Mudah-mudahan Anda bisa sepakat dengan saya, bahwa yang paling tahu hidup kita untuk apa adalah Yang menciptakan kita, sebab ‘blue print’-nya ada padaNya. Maka, sangat wajarlah apabila kita berkonsultasi kepadaNya, mencari tahu dari apa yang dibekalkan kepada kita, dari berbagai peluang yang disuguhkan kepada kita, dan dari berbagai hal yang dapat kita belajar; apa maksud dan peruntukkan kita dihadirkan di dunia ini. Jawaban kita masing-masing atas pencarian ini, akan merupakan fondasi dari ‘mind-set’ kita masing-masing. Maka salah satu tujuan penting dihidup ini adalah mencari tahu hal-hal hakiki ini, yang mungkin saja membutuhkan waktu sepanjang dan seumur hidup kita. Hal lainnya adalah kita perlu belajar menjadi orang sebagaimana dimaksudkan Pencipta ketika menciptakan kita, atau dalam bahasa agama, sesuai ‘fitrah’, sesuai ‘blue print’.

Selanjutnya, di atas fondasi itulah kita menurunkan segala sesuatunya yang lebih normative praktis. Tentu saja dalam perjalanan kehidupan seringkali kita tergeser beralih arah. Itu sebabnya, secara berkala kita perlu melakukan pemutahiran jawaban-jawaban atas pertanyaan hakiki tadi, dan dengan demikian mind-set kita dapat pula dimutahirkan tanpa kehilangan fondasinya.

4.2 Ranah Kejiwaan - Psikologik
Pikiran, perasaan dan kehendak sebagai pilar-pilar utama ranah ini, memerlukan perhatian dan perawatan. Mind-set mempunyai aspek cognitif ( pikiran) , affective ( perasaan) dan connatif ( kehendak-tindak). Oleh karena itu , pembentukkan dan perubahan ‘mind-set’ bias melalui ketiga jalur tersebut. Artinya, bisa mulai dari aspek kognitif, dengan mempertanya kan kembali gagasan-gagasan yang selama ini kita anggap benar, berlaku. Dalam proses pemutahiran (updating) ini, tidak selamanya gagasan lama akan digantikan oleh gagasan baru. Bisa saja setelah kita mengkaji ulang gagasan tersebut, kita tetap beranggapan bahwa idea tersebut baik dan perlu dipertahankan; bahkan setelah mempertimbangkan berbagai informasi baru yang kita terima sekalipun. Juga bisa terjadi, dengan adanya informasi/ fakta baru, kita meyakini bahwa memang gagasan tersebut sudah usang (’out of date’), jadi perlu kita ganti dengan modifikasinya atau samasekali baru. Dengan begitu aspek kognitif dari mind-set telah dimutahirkan. Bayangkan ada orang yang tidak pernah mengkaji ulang apa yang ada di kognisinya, berarti mind-set nya, asli-untouch, kuno, bukan klasik.

Selanjutnya proses pemutahiran ini berlanjut ke aspek affektif, dengan mengkaji perasaan kita, dan selalu mungkin valensi perasaan ini bisa menguat atau mengecil dengan arah yang sama ataupun yang berlawanan. Lebih lanjut, komitmen akan mengarahkan kehendak menjadi tindakan, sejalan gagasan dan perasaan kita. Dengan perkataan lain, kita bertindak sudah berdasarkan pada mind-set yang baru.

Jalur lain, melalui pemutahiran perasaan terlebih dahulu. Kadang-kadang valensi perasaan begitu kuat di satu arah ( terlalu positif ataupun terlalu negatif), menghalangi proses pemutakhiran. Oleh karena itu, sebaiknya perasaan trlebih dahulu dimutakhirkan, lewat mengalami arah baru, sehingga valensinya bisa berkurang, bahkan sampai netral, barulah dibarengi dengan pemutahiran gagasan dan kehendak.

Jalur lain lagi lewat pembiasaan perilaku baru (’conditioning’). Dengan jalur ini, kita tanpa banyak berpikir dan terlepas dari perasaan ’terpaksa’ melakukan tindakan-tindakanbbaru. Setelah menjadi kebiasaan baru, muncul perasaan baru dan kemudian diberi makna baru. Pada akahirnya menjadi ’mind-set’ baru. Namun demikian, untuk jalur ini perlu lebih berhati-hati, sebab jarang sekali pembiasaan ini dibarengi perasaan netral, biasanya muncul perasaan negatif, yang justru bisa menjadi ’bumerang’ dalam proses pemutahiran gagasan nantinya; Sehingga perubahan tingkah laku terjadi tanpa perubahan mind-set, lalu jadilah seperti yang dikatakan ”kaki sudah berada di mercy, tetapi kepalanya masih di pedati.”

Menjadi jelas bahwa proses pemutakhiran ’mind-set’ hanya bisa dilakukan oleh yang bersangkutan. Fihak lain bisa memfasilitasi, tetapi pemutahiran hanya bisa dilakukan yang bersngkutan. Proses pemutahiran ini sendiri seyogyanya menjadi kebiasaan orang yang ingin maju. Hanya dengan selalu berupaya mutakhir-lah kita bisa berpacu dengan perubahan lingkungan global ini. Sebagai ilustrasi, Anda sulit maju kalau Anda tidak bersedia memutakhir
kan perangkat belajar Anda seperti: kemampuan membaca (termasuk bahasa asing), kemam puan meng-akses informasi lewat perpustakaan, apalagi dari global resources lewat internet, dst. Sehingga mau tidak mau, menjadi civitas academica punya konsekwensi terbuka untuk kemutakhiran. Hal ini bisa dimungkinkan apabila secara sadar Anda men-nyetel mind-set Anda, sehingga sesuai.

4.3 Ranah Jasmani - Fisik
Semua proses dalam diri kita didukung oleh instrumen (perangkat keras ?!?) yang dibekalkan dalam tubuh kita. Ada yang sudah jadi sejak lahir ( misalnya trio tulang di ruang tengah telinga) ; tetapi sebagian besar diperbaharui, berkembang sejalan dengan perkembangan manusianya ( misalnya otak, relung otak dan dendrit syaraf bertumbuh dan berkembang sejalan dengan aktifitas perilaku manusia pemiliknya) . Oleh karena itu, pemutakhiran tubuh menjadi sangat penting.

Tubuh sendiri telah mempunyai perangkat dan mekanisme untuk selalu memperbaharui dirinya, pergantian sel-sel mati, pertumbuhan, penguatan dsb Prosesnya berjalan bahkan hampir tanpa kita sadari. Namun demikian ada sejumlah kondisi yang perlu ada, agar proses tersebut berlangsung, antara lain: nutrisi yang seimbang dalam jumlah maupun komposisi sebagai asupan, juga keurutan dan timing masuknya ke dalam tubuh.; Tubuh memerlukan asupan vital yaitu oksigen dalam udara segar ( dalam 5 menit otak tidak mendapat supply udara segar (O2) maka sistemnya akan segera ’shut down’, Tubuh juga membutuhkan kondisi relax, istirahat agar proses pergantian sel bisa berlangsung.

Oleh karena itu kitapun perlu mencari tahu, apa dan bagaimana cara merawat dan memelihara tubuh ini, agar segala sesuatunya bisa berjalan sesuai rancangannya, ( default dari design-nya) untuk keperluan itu perlu dipelajari ’buku manual’ yang diterbitkan Sang Pencipta.

Dari uraian di atas, nampak jelas bahwa interaksi antar komponen di ketiga ranah bekerjasama membentuk dan memodifikasi ’mind-set’ kita. Mind-set sendiri sangat penting karena persepsi dan perilaku kita diarahkan oleh mind-set . Sering hampir tanpa kita sadari, ’mind-set’ kita memandu kita memaknai dunia dan ia juga yang memimpin kita memasuki dunia dengan cara dan corak yang ia anggap benar.

Sebelum mengakhiri modul ini, berikut ada sejumlah tips untuk merawat ’mind set’ kita agar tetap mutakhir.
Putuskan tujuan hidup Anda, jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek
Rencanakanlah secara ‘backward’ ke hari ini, maka Anda akan tahu apa yang perlu hendak Anda lakukan hari ini, dan setiap harinya ke depan.
Be open-minded terhadap gagasan ataupun pengalaman baru
Be whole-hearted dalam menjalani komitmen terhadap tujuan hidup yang sudah kita pilih dan tentukan.
Be responsible untuk semua yang kita putuskan, lakukan dengan segala konsekwensi dan resikonya.
Bersiaplah maju, lakukan proses pemutakhiran dari waktu ke waktu
Secara praktikal, buatlah jurnal pribadi, sebab dengan menuliskan jurnal pribadi , Anda bisa menambah kesadaran diri, ’memaksa’ Anda membuat refleksi pikiran Anda. Lakukanlah ini setiap kali Anda selesai dengan suatu segmen kehidupan ( seusai kulaih, seusai baca buku,dst.) Tulisan itu akan merupakan asset penting bagi hidup Anda. Ketika Anda membacanya kembali suatu saat, Anda dapat melihat bagaimana perkembangan pemutakhiran mindset Anda dari hari ke hari.


salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

3. Mind-set Belajar di Perguruan Tinggi

3. Mind-set Belajar di Perguruan Tinggi
Setiap orang terpanggil untuk belajar, di hidup dan selama hidup ini; Sebab pada hakekatnya belajar adalah panggilan hidup 2. Setiap orang pun memiliki cita-cita, memiliki tujuan hidup, meski banyak yang bahkan tidak peduli untuk memikirkannya apalagi merumuskannya. Lalu apa yang membedakan mereka yang berke-sempatan belajar di Perguruan Tinggi dengan yang tidak pernah?

Pada bagian sebelumnya, telah kita bahas bahwa salah satu peran perguruan tinggi adalah memandu Anda untuk belajar menjadi orang yang mampu berpikir kritis. Sebagaima na kita sepakat bahwa pendidikan merupakan kegiatan sepanjang hidup, dan belajar di perguruan tinggi menolong kita untuk bisa melakukan proses belajar seumur hidup tersebut; yakni dengan menyediakan sejumlah skill yang diperlukan untuk itu. Sehingga Anda selalu bias memutahirkan pengetahuan dan keterampilan Anda; dan dengan demikian karir Anda dapatbberjalan terus.

2 Mengenai hal ini, dibahas dengan lebih rinci dalam bagian pertama dari Modul MD-02: Hakekat Belajar.

Berbagai pengetahuan, teknologi dan sains terbuka bagi semua orang, akan tetapi tidak semua orang dapat memilikinya, sebab untuk dapat menguasainya orang perlu memiliki sejumlah skill dan attitude yang tepat, mind-set yang tepat. Sikap mental yang bagaimana kah yang tepat bagi mereka yang ingin belajar mandiri ?

3.1 Sadar diri, kenal diri dan tahu diri.
Setiap orang dewasa, termasuk Anda, perlu mengenal dan memahami identitas dirisiapa Anda sejatinya, punya keinginan dan mimpi menjadi orang yang bagaimana, sesuai yang Anda yakini untuk apa Anda diciptakan dan dilahirkan. Untuk kepentingan ini, ada beberapa langkah yang perlu Anda upayakan, antara lain :
• Belajar mengambil jarak dari diri Anda sendiri, sehingga Anda bisa berpikir secara obyektif tentang diri Anda dan apa yang hendak Anda laku-kan. Juga Anda bias melihat diri Anda sebagaimana orang lain melihat Anda.
• Dengan wawasan yang lebih nyata tentang diri, Anda bisa menjadi orang yang lebih mawas diri, dan bertindak lebih responsif 3 - bukan reaktif atas apa yang terjadi pada diri Anda. Dengan begitu ’locus of control’ ada di diri Anda, dalam hal ini menjadi ’internal locus of control’.

3 Ada perbedaan nyata antara bertindak responsif – artinya tindakan yang Anda ambil merupakan  suatu alternatif yang Anda pilih dari berbagai kemungkinan, berdasarkan hasil pemikiran dan pertimbangan Anda; dibandingan dengan bertindak reaktif – artinya tindakan yang Anda ambil merupakan satu-satunya tindakan yang saat itu muncul dalam pikiran Anda dan segera Anda jalankan.

• Selanjutnya Anda dapat dan mampu bertanggung jawab atas hidup Anda, tidak tergantung pada pilihan orang lain; dan dengan demikian tidak juga menyalahkan orang lain manakala Anda menghadapi hambatan. Dari pengalaman banyak orang sukses, keberhasilan mereka dikarenakan kesediaan mereka mengambil tanggung jawab atas peri-kehidupan mereka sendiri. Ini pula sebabnya mengenal dan memahami diri menjadi sangat penting, karena dengan Anda mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, Anda bisa berbuat sesuatu mengatasi hal tersebut.

• Lebih lanjut, bertanggung jawab tidak cukup hanya kesediaan, tetapi butuh komitmen dan upaya. Jadi apabila Anda adalah seorang mahasiswa yang bertanggung jawab, maka hal itu berarti Anda punya kesediaan untuk belajar menjadi cendekiawan yang semakin maju dan berkembang; dengan komitmen tinggi berupaya menjalani proses pembelajaran di berbagai lingkup kehidupan kemahasiswaan, baik bersifat akademik maupun non-akademik, termasuk didalamnya pengertian ’jatuh-bangun’ melalui likalikunya. Pada hakikatnya, dalam hidup ini tidak ada yang gratis, dan yang perlu secara sinambung dipertanyakan dan dicari jawabannya adalah: ”Apa yang Anda rela dan ikhlas mau korbankan hari ini, untuk kepentingan hari esok”.

• Lebih jauh, Anda perlu menyadari bahwa kesempatan selama di perguruan tinggi merupakan peluang emas untuk menemukan apa yang sebenarnya Anda ingin lakukan dengan hidup Anda. Sebab perguruan tinggi menyediakan dan member kesempatan pertumbuhan dan perkembangan diri; bukan sekedar indeks prestasi atau ’tawuran’ atau ’latihan demo’.

• Disamping semua hal di atas, tentu saja Anda memerlukan arah –perspektif sebagai orientasi berjalan dan belajar. Arah dapat Anda peroleh dari visi-misi hidup Anda, yang menurunkan sejumlah tujuan hidup Anda. Tujuan tersebut akan bisa menarik perhatian Anda, sehingga pada gilirannya Anda dapat memilah dan memilih apa yang menjadi fokus berbagai upaya Anda ke arah tujuan tersebut. Dengan demikian, Anda menjadi lebih bisa membuka diri belajar memiliki kemampuan dan keterampilan di banyak model dan tingkatan belajar.

3.2 Fokus dan proses pembelajaran
Pembelajaran di Perguruan Tinggi, sejatinya bervariasi tergantung siapa fokus kegiatan dan oleh siapa proses pembelajaran terutama dilakukan. Mengenai siapa fokus dari kegiatan pembelajaran, dapat bergerak dalam rentangan mulai fokus pada individual peserta pembelajaran
sampai pada kelas sebagai group secara keseluruhan. Jadi, individual mahasiswa bisa menjadi fokus pembelajaran, misalnya telaah jurnal pribadi, log, dsb; bisa juga team kecil ( group 2-3 orang), misalnya dalam ’role playing’, tidak tertutup juga kemungkinan fokus kegiatan pembelajaran pada kelompok yang lebih besar ( 5 s/d 8 orang), misalnya dalam ’focus-group’, bahkan bisa fokusnya pada kelas secara keseluruhan seperti selalu kita alami dalam kuliah tradisional – ’one way traffic’ .

Di sisi lain, proses pembelajaran juga bisa bervariasi, sesuai oleh siapa proses tersebut di-berlangsung-kan. Rentangan variasinya bisa mulai dari proses pembelajaran dipandu sepenuhnya oleh seorang individu ( dosen, asisten, tutor atau seorang mahasiswa yang bertugas untuk memproses segmen pembelajaran tersebut), misalnya dalam hal pemberian kuliah, penjelasan suatu konsep, dst. Variasi lain, bisa proses pembelajarandilakukan oleh kelompok yang lebih besar, misalnya pmbelajaran lewat model ’focus-home group’. Di ujung rentangan, bisa juga proses pembelajaran dilangsungkan secara bersama oleh mahasiswa sekelas secara keseluruhan, misalnya pembelajaran yang bersifat kolaboratif.

Lebih jauh, apabila kedua rentang tersebut kita kombinasikan, maka kita bias memperoleh setidaknya 4 kuadran yang variatif (modus pembelajaran dan karakter ajakan modus pembelajaran.

Pertama, pada kuadran 1, terdapat modus yang focus egiatannya bertumpu pada individual. Demikian pula individual bersangkutanyang melangsungkan pembelajaran tersebut, modus-modus pada kuadran inidiberi label: “belajar sendiri”. Lebih jauh, sifat ajakan modus kuadran ini, menunjukan sejumlah karakter seperti: ‘self-respect’, ‘otonomi’, ‘focus own thought’, ‘self-directed’ dan ‘internal locus of control’.  Mari kita telaah satu persatu.

Self-respect. Artinya masing-masing mahasiswa yang hendak belajar sendiri, di rumah, perpustakaan, atau di mana saja. Perlu memiliki respek diri yang cukup memadai, sehingga ia bias dengan penuh tkad, semangat dan suka cita member dirinya kesempatan, waktu dan suasana yang nyaman untuk belajar selama kurun waktu tertentu (sesuai rencana yang diagendakannya). Dengan demikian ia pun ikhlas mengijinkan dirinya memberi perhatian penuh dan berkonsentrasi hanya kepada sejumlah bahan relevan yang telah dipersiapkannya untuk dipelajarinya saat itu. Dengan demikian pula ia pun berkomitmen untuk melindungi dirinya dari berbagai gangguan baik dari dalam dirinya maupun dari luar yang bisa meng-alihkan perhatiannya. Oleh karena tu segala sesuatunya telah ia persiapkan dengan sebaik-baiknya, sebab ia respek kepada hak pribadinya untuk belajar. Di sisi lain, iapun berkewajib an untuk respek kepada orang lainlain, dosen, dan siapapun yang sedang mempergunakan hak pribadinya.

Sejalan dengan terbangunnya respek diri di atas, mahasiswa bersangkutan memiliki ’otonomi’, paling tidak selama kurun waktu belajar tersebut, ia mempunyai hak mengatur diri dalam segala sesuatunya. Ia berhak menyampaikan bahwa ia tidak bersedia berbagi waktu, perhatian dan ruang pribadinya dengan orang-orang lain. Itu sebabnya seyogyanya ia memilih ’ruang’ dan kurun waktu tertentu untuk belajarnya. Ruang belajar ini tidak selalu mesti dalam bentuk ruang/kamar, bisa saja hanya suatu sudut di kamarnya, di kebun ataupun di perpustakaan, bahkan di sudut meja makan pun bisa. Yang terpenting ada suatu tempat di mana ia bisa secara otonom mengatur dirinya belajar tanpa ada banyak gangguan.

Selanjutnya pada kurun waktu tersebut, ia memiliki kebebasan akademik dengan pikirannya sendiri -’focus own thought’, memutahirkan dan mengembangkannya sambil mere-integrasikan dengan hasil perolehan belajarnya. Manakala pikirannya tidak bias atau belum bisa memadukan informasi yang baru didapat dari hasil belajarnya, selalu mungkin ia mencari tahu pendapat orang lain, baik secara langsung maupun lewat teknologi, pada waktu yang bersesuaian dengan jaringan supportive-nya.

Dengan demikian, bisa dipahami bahwa untuk modus belajar sendiri, modus-modus lain pada kuadran 1 ini, mahasiswa perlu berinisiatif , ’self-directed’ mengatur diri, ruang dan kegiatannya dan terutama memiliki ’internal locus of control’.
Kedua, pada kuadran 2, terdapat variasi modus pembelajaran yang berfokus pada individual, akan tetapi dilangsungkan bersama dengan teman sebaya, dengan kelompok. Di kuadran ini mahasiswa belajar bersama- sama, boleh jadi kelompok belajar di salah satu rumah teman, ataupun di kampus; Secara fisik mereka berada dalam ruang dan waktu bersama, dalam kegiatan belajar, namun fokus kegiatannya pada individual. Masing-masing orang bisa saja mempelajari hal/bagian yang berbeda. Kebersamaannya bisa berfungsi saling menunjang dalam hal bertahan belajar. Dalam kegiatan seperti ini diperlukan sejumlah karakter antara lain ’Mutual respect’, demokratis, partisipatory , competing dan ada ’multiple priorities’ serta ’Multiple values.

Bila demikian ajakannya, maka sebelum mengikuti kegiatan belajar tersebut, mahasiswa perlu menyetel pikirannya ( mindsetting) antara lan menyiapkan sikap mental yang respek ke diri cukup memadai, sehingga juga bisa salng respek (Mutual respect) kepada semua teman lain sekelompoknya, yang berbeda satu sama lain baik dalam sikap, cara belajar, tingkatan kemampuan maupun kepentingan belajarnya (’multi priorities’ dan ’Multiple values). Oleh sebab itu, masing-masing mahasiswa perlu ber-partisipasi (partisipatory) dalam kegiatan bersama, secara demokratis, sehingga setiap orang dapat menikmati kebersamaan tetapi juga kepenyingannya belajar terpenuhi secara optimal, bahkan tetap bisa saling bersaing secara sehat ( competing). Mereka yang datang dengan min-set lain, misalnya saja yang ingin maksimal sesuai kepentingan dan kebiasaannya, akan memaksakan kepada yang lain, maka akan terjadi kekacauan pikirannya dan tentu saja tidak bisa belajar bahkan bisa terjadi bentrokan malah semuanya tidak bisa melangsungkan kegiatan belajarnya, Oleh karena itu, penting untuk masing-masing menyetel sikap mentalnya memasuki ajang belajar bareng.

Ketiga, pada kuadran ketiga terdapat modus pembelajaran yang berfokus pada group dan diberlangsu((ngkan oleh group atau bersama teman-sebaya juga. Kegiatan pembelajaran di kuadran ini banyak macamnya, diberi label: belajar secara kolaboratif. ”collaborative learning”. Ajakan pembelajaran di kuadran ini mengharuskan pesertanya nyaman dengan kegiatan yang bercorak : Shared values, communities, cooperatif dan consencus seeking.

Dengan perkataan lain, mengikuti modus kegiatan pembelajaran di kuadran ini, orang perlu bersedia berada bersama sebagai layaknya suatu komuniti yang utuh dengan berbagai karakternya (communities). Segala sesuatunya dilakukan secara cooperatif, (cooperatif). sehingga tentu saja perlu siap berbagi nilai-nilai, ( Shared values). Kalau perlu bergeser sejauh masing-masing memang bisa mencari konsensus bersama (consencus seeking). Apabila ada peserta yang mind-setnya tidak demikian, maka proses pembelajarannya tidak akan berjalan dengan baik, sebab selalu mungkin ada yang tidak melakukan sesuai yang sudah disepakati bersama, maka akan kacau.

Ke-empat, pada kuadran ke-empat terdapat modus pembelajaran yang berfokus pada group dan dipandu keberlangsungannya oleh seseorang / sendirian . Saya kira kita masing-masing sudah hafal modus kegiatan belajar seperti ini, sejak di SD, kegiatan belajar lebih banyak sama dengan sifat ajakan di kuadran 4 ini, yaitu antara lain: Autority, Autocracy, listening, constrained dan tempo.

Dalam hal ini, seorang pemandu (guru, dosen, presenter) mempunyai otoritas (Autority), yang cukup besar, ia perlu otoritas tersebut untuk bisa menguasai situasi kelas, apalagi kelas besar, sehingga ia bisa mengelola proses belajarnya dengan baik. Pemandu biasanya lebih otokarasi (Autocracy ) menentukan lingkup dan alur pembelajaran, disesuaikan dengan waktu yang biasanya terbatas, dan dipertimbangkan keadaan kelas secara keseluruhan ( setidaknya mereka yang kebanyakan –average sekitar 68-70 %). Jadi di kelas selalu mungkin ada sejumlah kecil mahasiswa yang merasa bosan karena menghayati proses pembelajaran terlalu lambat, sementara ada juga sebagian kecil lainnya yang merasa kewalahan, karena menghayati proses pembelajaran
berjalan terlalu cepat. Disamping itu terdapat pula berbagai keterbatasan lainnya, seperti lingkungan belajar yang kurang kondusif, panas, kurang terang, pengap dsb (constrained & tempo). Di fihak lain mahasiswa seyogyanya proses utamanya adalah berkonsentrasi mendengar dengan sungguh-sungguh (listening) sekaligus berfikir secara kritis mengintegrasi dan re-integrasi kognisi yang sudah ada di kepala nya. Oleh karena itu, mind-set mahasiswa yang belajar dari kuliah, perlu disetel sesuai ajakannya. Bila ia terlambat masuk kelas, atau mengobrol, melamun di dalam kelas, maka proses pembelajaran di dirinya tidak berjalan lancar. Bisa saja konfigurasi kognisi di pikiran mahasiswa tersebut setelah selesai kuliah persis sama dengan kondisi pada saat ia masuk ke ruang kuliah, tidak ada tambahan atau perubahan pengetahuannya.

Dari uraian berbagai modus di atas, nampak jelas bahwa setiap model pembelajaran mengandung ajakan yang berbeda-beda. Universitas telah mengambil langkah transformasi penyelenggaraan pembelajaran lebih bertumpu pada mahasiswa (student centre learning). Dosen dilengkapi dengan upaya transformasi dari proses pembelajaran yang lebih bertumpu di kuadran 4 ke arah semua kuadran. Sehingga, ke depan Anda akan mengalami lebih banyak variasi pembelajaran dengan ajakan masing-masing. Oleh karena itu, sangatlah wajar apabila Anda mengembangkan kemampuan fleksible menyetel sikap mental Anda (mind-setting ) sesuai dengan ajakan model pembelajarannya, setiap memasuki kegiatan pembelajaran yang berbeda. Selanjutnya, muncul pertanyaan bagaimana kita bisa memiliki kemampuan menyetel mind-set sesuai yang diperlukan. Pada bagian berikut kita akan coba telusuri jalan membangun dan merawat kemampuan mind-setting, untuk belajar.


salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

Jedah sejenak Mind Set

2. Jedah sejenak
Silahkan Anda mengambil lembar Metaforik Belajar. Anda diminta merenungkan sejenak pengalaman belajar Anda selama ini, sekurangnya selama semester yang baru berlalu, kemudian lanjutkanlah kalimat di lembaran tersebut sesuai dengan penghayatan Anda secara metaforik.


Penghayatan Metaforik Belajar
Dari pengalaman selama ini bagi saya belajar dapat diibaratkan sebagai:
--------------
Saya ibaratkan demikian karena :
--------------
Setelah saya mendengar beberapa ungkapan metaforik teman-teman, dapat saya petik sejumlah insight, sebagai hasil olah pengalaman tersebut, yakni:
--------------
Setelah kita pahami betapa perlunya menyetel kembali mind-set kita, sebab tuntutan belajar di Perguruan Tinggi tidak memungkinkan kita memakai mind-set yang kita perguna kan selama jadi siswa. Marilak kita jedah sejenak, coba cermati sejumlah pertanyaan di bawah ini, dan cobalah merenungkan jawabannya bagi diri Anda sendiri.

Monitoring Diri
2.1 Mengapa Anda masuk Perguruan Tinggi, untuk maksud dan tujuan apa ?
--------------
2.2 Atas pilihan siapa Anda masuk ke jurusan/fakultas yang Anda belajar saat ini?
--------------
2.3 Berapa lama Anda rencana menyelesaikan study?
--------------
2.4 Apa tujuan hidup Anda jauh di depan?
--------------
2.5 Apa rencana Anda di semester ini?
--------------
2.6 Apakah Anda rasa Anda akan berhasil mencapai tujuan tersebut?
--------------
2.7 Selama semester lalu
2.7.1 Apakah Anda dapat mengikuti pembelajaran di semester lalu ?
-------------- 
2.7.2 Apakah Anda puas dengan prestasi Anda di ujian akhir semester baru-baru ini ?
-------------- 
2.7.3 Hal apakah yang mengganggu Anda belajar lebih lancar dan efektif ?
-------------- 
2.8 Skill apakah yang Anda rasa perlu Anda kuasai untuk bisa lebih berhasil ?
-------------- 
2.9 Penyesuaian apakah yang perlu Anda lakukan agar bisa belajar dengan lebih baik?
-------------- 
2.10 Apa yang perlu Anda ubah di diri Anda agar Anda bisa belajar lebih mandiri?
-------------- 

 -------- Selamat Mengisi Form --------

salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

Friday, May 27, 2011

Pendahuluan Mind Set

1. Pendahuluan
1.1 Arti dan makna ’mind-set’
Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan ‘mind-set’ , yang terdiri dari kata ’mind’ dan kata ’set’. Secara harafiah, bila dilihat di kamus 1 , arti kata ’mind’ adalah : “what a person thinks or feels; way o thinking, feeling, wishing; opinion, intention; purpose” . Apa yang dipikirkan atau dirasakan seseorang; cara seseorang berpikir, merasa, berharap, ber maksud, dan bertujuan ; Sedangkan kata ‘set’ menunjukkan banyak arti, antara lain yang bersesuaian dengan konteks mind adalah : menjadikan sesuatu, mempersiapkan sesuatu untuk ditangani, menyebabkan seseorang melakukan sesuatu, nyetel, menata sesuatu untuk tujuan tertentu. Jadi secara harafiah,mind-set’ berarti: setelan/ tatanan pikiran, perasaan, harapan seseorang dalam menghadapai situasi.  

Dalam pengertian teknis -Technical term, ‘Mind-set’, yang juga disebut ‘mental-set’ adalah “ A habitual or characteristic mental attitude that determines how you will interpret and respond to situations” Dengan perkataan lain mind-set adalah mentalitas atau sikap mental yang sudah mejadi kebiasaan seseorang, dan yang menentu kan bagaimana ia memaknakan dan memberi respon kepada situasi yang dihadapinya.
1 Oxford Learner’s Pocket dictionary

1.2 Posisi di diri dan bagaimana terbentuknya?
Dalam diri manusia, terdapat tiga ranah yaitu ranah spiritual, ranah kejiwaan atau mental dan ranah fisik. Intisari dari ranah spiritual adalah sanubari atau qalbu, yang berisi berbagai kebijaksanaan-kearifan (wisdom) tentang apa yang dianggap benar dan salah. Dengan perkataan lain dalam sanubari seseorang tersimpan nilai-nilai yang dianutnya, yang ia peroleh dari olahan atas pengalaman hidupnya.

Selanjutnya, ranah kejiwaan, didalam mana terdapat berbagai perangkat psikologik, dibangun dari tiga pilar utama , yaitu mind (mental/ pikiran) , perasaan dan kehendak. Di antara ketiga pilar tersebut terdapat interaksi saling pengaruh timbal balik. Dengan perkataan lain apa yang dipikirkan mind, dibarengi dengan perasaan dan kehendak iringan pikiran tersebut.. Begitu pula suatu perasaan dihasilkan oleh suatu pikiuran dan juga menghasilkan pikiran dan kehendak yang sesuai. Kehendak juga ditentukan dan menghasilkan suatu pikiran dan perasaan iringannya. Kemudian kesemuanya ini, untuk menjadi tindakan membutuhkan ranah fisik, tubuh kita.

Mencermati defenisi mind-set di atas, mind-set merupakan perlengkapan mental ranah psikologik, yang mendapat corak dari ranah spiritual; dan merupakan kecenderungan bertindak dalam situasi sebagaimana nampak kepadanya. Mind-set , sebagai sikap mental – mental attitude ( Gunarya, 1995) terbentuk dari apa yang diyakini (belief-cognitif), dirasakan ( affectif) dan dikehendaki siap untuk diwujudkan dalam bentuk tindakan (connatif-psikomotor). Dengan demikian, terjadinya tindakan seseorang disebabkan mind-set yang melahir kannya. Selama seseorang tidak merubah ’mind-set’nya selama itu pula arah tindakannya tidak berubah. Itu sebabnya, seyogyanya orang yang ingin maju , perlu memutahirkan ’mind-set’ nya sesuai dengan perkembangan diri dan lingkungannya.

Sebagai ilustrasi, misalnya sering kita dengar orang mengatakan : ”Badan dan kakinya sudah naik mercy, tetapi kepalanya masih di pedati” Artinya, meskipun ia mempergunakan teknologi canggih, tetapi apabila ’mind-set’nya tidak berubah, maka perilaku secara keseluruhan, terasa janggal. Anda bisa mencari contoh lain? Cobalah temukan sekurangnya satu contoh yang terjadi di lingkugan Anda, sehingga pemahaman tentang mind-set ini menjadi lebih jelas.

Selanjutnya, mengapa sekarang mahasiswa ( Anda ) perlu menyetel kembali ’mindset’ Anda? Kita bahas pada bagian berikut.

1.3 Mengapa mesti nyetel mind set ??
Anda baru saja meninggalkan sekolah Lanjutan , dan baru beberapa hari mengikuti perkuliahan di Perguruan Tinggi. Barangkali, dari pengalaman beberapa hari ini, Anda sependapat bahwa ada perbedaan cara belajar di sekolah lanjutan dengan cara belajar di perguruan tinggi.

Di sekolah Lanjutan ( Pertama maupun Atas) pada hakekatnya Anda belajar fakta dan prosedur dasar, yang biasanya dilakukan dengan cara menghafal – memorization. Cara ini memang sesuai untuk mulai memperlajari bagaimana cara belajar ( level pertama). Di Perguruan Tinggi, Anda diharapkan berpikir, sehingga Anda perlu belajar bagaimana cara berpikir. Itu sebabnya membutuhkan skill yang lebih dari skill belajar yang selama ini Anda miliki. Apabila Anda enggan berpikir sebab terbiasa menerima apapun yang disodorkan – dijejalkan kepada Anda, berarti mind-set Anda tidak sesuai.

Melalui belajar di Perguruan Tinggi, seyogyanya Anda dapat mentransformasi diri menjadi seorang pemikir kritis yang bisa membedakan mana fakta dari opini; dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data - yang punya keterbatasan; bisa mengenali berbagai asumsi dibalik suatu pernyataan atau kesimpulan; Bisa mengembangkan solusi dari personal an yang dihadapi; Dapat mengekpresikan diri baik secara verbal, oral maupun tulisan, Dengan perkataan lain, seorang luaran perguruan tinggi bisa secara nyaman beroperasi di keenam level tingkatan belajar menurut taksonomi Bloom ( Gunarya, 2004) - yang mencakup domain kognitif dan domain affektif. Artinya secara kognitif, luaran Perguruan Tinggi dapat beroperasi pada level pengetahuan - Knowledge, pemahaman -Comprehension, Penerapan - Application, Analisis – Analysis, sisntesis - Synthesis dan Evaluatif – Evaluation. Sementara secara affektif, ia dapat memberi perhatian pada ’belajar’, secara aktif dapat bereaksi terhadap ’belajar’; Dapat menghargai ’belajar’; dapat mensintesakan sistim nilai yang dianutnya; dan pada akhirnya dapat menerapkan apa yang ia yakini kedalam kehidupannya sehari hari. Semakin cepat Anda memulai belajar menjadi pemikir kritis, semakin baik. Untuk keperluan itulah Anda perlu mengkaji ulang mind-set Anda, apakah sudah sesuai dengan ajakkan belajar di Perguruan Tinggi.


salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

Mind- Set Belajar di Perguruan Tinggi

MODUL MIND_SET -inspirasi sobat prajab semua angkatan 22 Luar Biasa..........
Modul ini merupakan suatu ajakkan untuk jedah sebentar dari perjalanan pembelajaran diri selama ini, khususnya setelah penggal yang kita lalui di ..... selama beberapa hari ini. Jedah ini dimaksudkan agar kita bisa menoleh ke belakang, mencermati apa yang telah kita alami, dan merefleksikannya untuk memperoleh insight atas perjalanan tersebut. Jedah ini dimaksudkan pula untuk menerawang ke depan, ke titik perspektif yang hendak kita tuju. Apakah nampak jelas, samar-samar ataukah samasekali tidak nampak sebab terhalang oleh ’kabut’. Dalam jedah ini pula, manakala kita sudah menemukan peng-alam-an kita dan sudah punya kejelasan tujuan yang hendak kita capai; marilah kita menyetel ( set up ) mental kita, sehingga mempunyai ’mind-set’ yang sesuai untuk memasuki penggal perjalanan pembelajaran berikutnya. Diharapkan dengan ’mind-set’ yang sudah lebih sesuai perjalanan pembelajaran diri bisa lebih lancar dan mulus, Insya Allah.

Akan tetapi apa sebenarnya mind-set?
Dimana posisi dan perannya dalam diri kita?
Mengapa harus ’menyetel ’ mind-set?,
Mengapa perlu jedah?
Bagaimana setelan mind-set belajar di Perguruan Tinggi?
Bagaimana cara nyetelnya, dst.

Itu semua adalah beberapa pertanyaan yang jawabannya hendak dicari lewat modul MD-02 ini. Oleh karena itu, modul ini, terdiri dari 5 bagian, yaitu:
(1) Pendahuluan, mencari tahu apa arti mind-set, dimana kedudukannya dalam diri kita, dan mengapa kita perlu menyetelnya.;
(2) Jedah sejenak, mencari tahu mengapa masuk di Perguruan Tinggi ? Apa mind-set ketika masuk dan selama ini. ;
(3) Mind-set belajar di Perguruan Tinggi, menjelaskan setelan pikiran yang seyogyanya dimiliki  civitas academika di Perguruan Tinggi;
(4) Action Plan : Bagaimana kita dapat memutahirkan setelan mind-set kita agar lebih sesuai;
(5) Rangkuman , menutup modul ini.
Demikian isi modul ini, diharapkan setelah mengikuti modul ini mahasiswa dapat lebih secara sadar mengenali isi dan corak mind-set nya selama satu semester lalu, dan mengetahui mindset apa yang seyogyanya ada di diri mereka, kemudian bisa belajar menjadi mahasiswa dengan mind-set yang sesuai.
akan dibahas di halaman blog selanjutnya....... per bab......
saduran dari: Dr. Arlina Gunarya,MSc


salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com