Laman

Showing posts with label SeKoLaH. Show all posts
Showing posts with label SeKoLaH. Show all posts

Saturday, December 10, 2011

Penerapan PBL - Multimedia SMK

Penerapan PBL di Kompetensi Multimedia UPTD SMK 3 Tegal
MKDV Tahun Ajaran 2010/ 2011

Penerapan PBL dalam pendidikan menengah kejuruan akan mampu untuk menghasilkan siswa/ siswi yang memiliki ketrampilan aplikatif dan siap kerja karena ketika belajar di sekolah mereka telah dilatih untuk menyelesaikan permasalahan dalam dunia nyata. 
Kreatifitas dan inovasi dari staf pengajar yang terlibat sangat diperlukan untuk menghasilkan pembelajaran yang inovatif, kreatif, aktif dan menyenangkan supaya siswa bebas dari tekanan, bebas menuangkan ide, menemukan hal-hal baru, dan mampu berfikir kritis dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas lulusan.

foto kbm mkdv tahun ajaran2010/ 2011

"Tidaklah mudah untuk membawa perubahan yang besar pada sistem yang mapan. Untuk itulah perlu serangkaian kegiatan pembuktian, tentu saja dengan perubahan yang tidak terlalu signifikan serta memanfaatkan sumber daya yang minim, namun hasilnya dapat dilihat secara nyata."

Jika Anda seorang pengajar berjiwa muda yang memiliki semangat tinggi, ajak dua teman Anda yang kebetulan memiliki visi yang sama untuk menggagas pembelajaran berbasis proyek ini. Dalam kegiatan percobaan kecil ini usahakan membuat satu buah proyek untuk satu semester dulu, hal ini bertujuan agar siswa merasa ringan dalam mengikuti ujicoba ini, ya! satu proyek untuk satu semester dulu!.

Saat sebelum pembelajaran dimulai, ajaklah teman-teman Anda untuk mulai membahas tema proyek yang akan diterapkan dalam satu semester. Pilih sebuah proyek yang riil menjadi kebutuhan di dunia nyata. Saya ambil contoh misalnya pada semester gasal, dengan tema proyek “Membangun Karya Informatif”. Keterampilan pengembangan Karya Informatif ini sangat mereka butuhkan ketika berkecimpung dalam dunia keteknik multimediaan. Selanjutnya pilihlah Mata Pelajaran yang saling berkorelasi dan dibutuhkan dalam melakukan pengembangan Karya Informatif seperti MPK, MSOD dan MKDV sebagai aspek khusus perancangan interface dari aplikasi Karya Informatif tersebut. Ajaklah teman Guru A yang sedang mengampu mata pelajaran MPK, rekan Guru B sedang mengampu mata pelajaran MSOD dan Saya yang kebetulan mengampu mata pelajaran MKDV.
Contoh struktur mata pelajaran dan proyek dalam PBL di Teknik Multimedia

Mendesain Proyek dengan Metode GRASP

Berikutnya, mulailah untuk bersama-sama dengan Guru yang lain merancang detail proyek yang akan digunakan dalam aktivitas PBL ini. Metode perancangan proyek yang paling mudah adalah dengan metode GRASP. Penulis pertama kali mendengar dan mempelajari metode ini dari rekan Senior Trainer yang berasal dari Pakistan bernama Bagzha sewaktu menghadir Intel Teach Asia Senior Trainer Summit 2009 di Vietnam. Metode ini sangat mudah untuk mendesain proyek.

GRASP merupakan singkatan dari Goal (Tujuan), Role (peran siswa yang dihubungkan dengan dunia nyata/ real world), Audience (peserta dalam aktivitas pembelajaran), Set of Activities (rangkaian kegiatan dalam aktivitas pembelajaran) dan Product (produk/hasil/artefak pembelajaran). Contoh perancangan GRASP untuk proyek diatas adalah sebagai berikut:

Contoh Ide Proyek Pengembangan Karya Informatif
Goal/Tujuan: Untuk memberikan keterampilan kepada para siswa bagaimana mengembangkan karya informatif dengan mengembangkan berbagai dokumen perancangan dan penggunaan berbagai piranti pengembangan aplikasi.
Role/ Peran: Siswa akan berperan sebagai pengembang aplikasi yang bekerja dalam sebuah tim dengan berbagai spesialisasi seperti perancang antarmuka (interface designer), business analyst, conseptor, project manager atau peran lain yang dapat ditambahkan sesuai dengan jumlah anggota kelompok.
Set of Activities/Kumpulan Kegiatan: Siswa mengumpulkan informasi kebutuhan karya informatif yang akan didevelop dari para nara sumber (pemakai), siswa mempelajari berbagai literatur, siswa membuat rancangan diagram alir aplikasi/ karya informatif, rancangan antarmuka (user interface) lalu mempresentasikannya kepada pengguna untuk mendapatkan persetujuan, melakukan pemrograman aplikasi menggunakan IDE (Integrated Development Environment), membuat dokumentasi dan dukungan teknis serta melakukan ujicoba kepada pengguna dan melakukan distribusi aplikasi.
Product/ Hasil: Dokumen rancangan, diagram alir program, rancangan antar muka (user interface design), aplikasi desktop/ web dan dokumentasi untuk dukungan teknis (help documents)

Setelah perancangan proyek, proses berikutnya adalah membuat detail dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau Action Plan atau ada yang menyebutnya Unit Plan dimana didalamnya mencantumkan Tujuan Pembelajaran, Standar Kompetensi, Detail Aktifitas, Alat & Bahan Ajar, Lembar Kerja, Metode Evaluasi, dll.

Nantinya skenario project ini akan dijalankan secara pararel dalam tiga mata pelajaran yang ada sehingga perlu dibuat sinkronisasi antar konten yang akan disampaikan pada tiap tahapan/ pertemuan dengan siswa.

Peran Guru, Asisten Guru dan Guru dalam Aktifitas PBL

Dalam kegiatan PBL ini, peran Guru dan asisten adalah sebagai fasilitator pembelajaran dan membangun komunitas pembelajaran.
Peran Guru adalah:
Pertama, mempersiapkan skenario yang akan dibahas pada tiap sesi dan mengatur silabus mata pelajaran. Jumlah sesi disesuaikan dengan cakupan materi, output, dan outcome dari perkuliahan.

Kedua, secara bertahap mempersiapkan materi perkuliahan dalam bentuk file elektronik dan memberikan beberapa sumber antara lain buku referensi dan link website.

Ketiga, sebagai fasilitator, dosen mendorong para siswa untuk mengekplorasi pengetahuan yang telah mereka miliki dan menentukan pengetahuan yang diperlukan selanjutnya.
Guru umumnya diharapkan untuk menahan diri tidak memberikan informasi, sebaliknya mendorong dilakukannya diskusi dan pembelajaran antar para siswa. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:
(1) melakukan klarifikasi (misal terhadap perspektif yang muncul dalam diskusi),
(2) mendorong pemikiran yang divergen (misalnya, adakah kemungkinan solusi yang lain?),
(3) meletakkan permasalahan sesuai konteks (misalnya, apakah isu yang dibahas mengingatkan guru pada berbagai informasi lain yang telah teridentifikasi sebelumnya?),
(4) membuat urutan prioritas (misalnya apakah berbagai informasi yang telah diidentifikasi dapat diurutkan sesuai relevansinya terhadap permasalahan?), dan
(5) memoderasi diskusi (misalnya apakah ada kemajuan dalam diskusi, kalau tidak, identifikasi apa saja yang salah dan kembalikan diskusi pada tujuan yang semula).

Keempat, sebagai evaluator. Walaupun peran dosen tidak lagi dominan dalam pelaksanaan pembelajaran ber-PBL, namun tetap guru bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk itu secara berkelanjutan guru perlu mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan melakukan perbaikan segera bilamana diperlukan baik dari sisi content maupun proses.

Guru sebagai fasilitator juga harus menyediakan waktu untuk mendampingi siswa dalam menyelesaikan penugasan yang diberikan, termasuk menjadi nara sumber yang siap kapanpun dan menyediakan berbagai media komunikasi seperti email, web, blog, forum diskusi, dan chatting untuk memberi dukungan teknis kepada para siswanya dalam usaha menyelesaikan studinya.

Sedangkan peran siswa adalah secara umum dalam pembelajaran ber-PBL adalah mempersiapkan diri untuk belajar dan bekerja secara kelompok serta berperan aktif dalam belajar. Peran serta siswa yang dimaksud adalah seperti menghadiri dan mengikuti keseluruhan pembelajaran dan tidak diperkenankan ijin mata pelajaran disaat mata pelajaran tersebut sedang berjalan.

Proses Evaluasi dalam PBL

Proses penilaian atau evaluasi dalam PBL haruslah bersifat valid/ absah, dapat dipercaya/ reliable dan fair/ adil. Dalam konteks ini para siswa juga harus mampu untuk belajar mengevaluasi pekerjaan dan apa yang dilakukannya dengan melakukan self assessment. Siswa juga harus mampu untuk belajar menyediakan umpan balik yang membangun atas hasil pekerjaan orang lain/ peserta didik lain (biasa disebut dengan peer-assessment).

Terdapat dua metode penilaian yaitu Formative Evaluation dan Summative Evaluation.
Evaluasi formative adalah metode penilaian yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses/ aktivitas pembelajaran yang menyediakan umpan balik sewaktu-waktu untuk mengukur hasil pekerjaan siswa.
Sedangkan evaluasi summative adalah penilaian pada saat proyek telah berakhir/atau dilakukan di akhir proyek.

Hasil penilaian formative dapat pula dijadikan sebagai bahan untuk penilaian summative.
Perangkat penilaian otentik yang sering digunakan dalam PBL untuk menilai proses dan performa siswa adalah dalam bentuk Rubrik.

Rubrik merupakan bentuk penilaian formative sebagai panduan penilaian untuk mengukur kinerja siswa berdasarkan berbagai kriteria yang disepakati bersama. Rubrik juga merupakan panduan kerja untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang biasanya telah diberikan kepada siswa pada saat awal pelajaran. Lewat rubrik inilah siswa dapat melakukan penilaian pekerjaannya sendiri (self-assessment) dan mampu menilai pekerjaan siswa lain (peer-assessment).


"Jadi bukan lagi hanya mendapatkan nilai berupa angka dan huruf tanpa mendapatkan umpan balik yang membangun seperti yang terjadi sekarang."




salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

Strategi PBL (Project Based Learning) Kompetensi Multimedia

Strategi PBL (Project Based Learning) 

untuk Bidang Studi Multimedia




siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil MKDV 2010/ 2011
Semester Genap X-Multimedia angkatan sepuluh

Sebagai seorang guru Teknik Multimedia, dalam hati kecil saya merasakan keprihatinan terhadap kualitas lulusan yang telah dihasilkan. Ternyata, banyak dari mereka ketika baru saja lulus, merasa bahwa masih nol dalam aplikasi di dunia nyata, merasa sulit untuk bekerja mandiri menemukan solusi-solusi memecahkan masalah yang dihadapi dalam dunia kerja. Sebagai pengelola institusi pendidikan tentu saja harus mulai berfikir, apakah selama ini cara penyampaian dan konten materi pembelajaran serta kurikulumnya telah mampu mengantar mereka menjadi lulusan yang diharapkan? Kalau belum, maka dimanakah letak kelemahannya dan apa solusi yang harus dilakukan untuk mengantar mereka sesuai dengan kualitas yang diharapkan.

Penataan ulang atau mengupdate kurikulum agar sesuai dengan kemajuan jaman dan kebutuhan dunia kerja merupakan kebutuhan mutlak. Peningkatan kapasitas tenaga pengajar dengan berbagai kemampuan tentang seni mengajar orang dewasa (andragogi) sangat dibutuhkan. Namun demikian untuk membuat sebuah perubahan pada sesuatu yang telah lama mengakar bukan perkara yang mudah. Para staf pengajar yang kurang update dari sisi keilmuan, belum lagi fondasi pedagogis dan andragogi mereka juga kurang terasah, terkesan masih sangat dominan menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru serta kurang mengoptimalkan potensi yang dimiliki peserta didik.
  

PBL dalam Pembelajaran

Penerapan Project Based Learning adalah pendekatan yang mengedepankan siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang benar-benar ditemui di lapangan. Dalam pembelajaran ini siswa akan berperan menjadi seorang profesional yang mencoba memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.

Ada beberapa alasan mengapa kita layak menerapkan pendekatan PBL ini dalam kurikulum kita dengan berbagai kelebihannya yaitu:
problem solving (melatih siswa untuk mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi),
self directed learning (memupuk dan melatih rasa tanggung jawab,
inisiatif dan kebebasan untuk belajar mandiri dan menentukan mana dulu yang akan dipelajari,
life long learning (konsep belajar sepanjang hayat, sebagai usaha memupuk kesadaran belajar yang berkelanjutan dan tiada henti),
identifikasi dan evaluasi sumber belajar (dengan berbagai sumber belajar siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber belajar yang tersebar bebas dari berbagai media dan sumber),
critical thinking (melatih siswa untuk berpikir kritis dengan kemampuan analisa, evaluasi dan sintesa),
creative thinking (melatih kemampuan daya kreasi siswa dalam menciptakan hal-hal baru),
real world connection (melatih siswa untuk mengkoneksikan/menghubungkan konsep yang diperoleh dalam perkuliahan untuk dapat diaplikasikan dalam penyelesaian permasalahan di dunia nyata),
cooperative dan collaborative learning (melatih siswa dengan kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi dengan sesama/ orang lain),
peer learning (melatih siswa untuk belajar bersama rekan sejawat, dimana siswa akan mencoba mengajarkan sesuatu yang diketahui kepada orang lain sehingga dengan mengajarkan tersebut kemampuan dan pengetahuan siswa akan semakin terasah),
refleksi (siswa berlatih untuk mampu mengemukakan dan menceritakan kembali atas pengalaman belajar yang telah mereka peroleh).

Lewat berbagai keterampilan tersebut, siswa tidak hanya belajar hal-hal yang sifatnya keilmuan saja namun dilatih pula dalam pengembangan Life Skills dalam dirinya.


salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

Tuesday, December 6, 2011

Konfigurasi Pendidikan Karakter

Ruang Lingkup  Pendidikan Karakter

   
Pengkategorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial-kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyrakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati (spiritual & emotional development); (2) olah pikir (intellectual development); (3) olah raga dan kinestetik (physical & kinesthetic development); dan (4) olah rasa dan  karsa (affective and  creativity development). Proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai sebagaimana dapat di lihat pada gambar di atas (Desain Induk Pendidikan Karakter, 2010: 8-9).


1.        beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik

2.        cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif

3.   bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih

4.  ramah, saling menghargai, toleran, peduli,  suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit , mengutamakan kepentingan umum,  bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja



salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

Monday, December 5, 2011

Peran Siswa

PERAN SISWA

 
Ø  Menjadi partisipan aktif;
Ø  Menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/ keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli;
Ø  Belajar secara individu, sebagai mana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.

Jika pemanfaatan TIK dlm pmbelajarn masih mbuat siswa tetap pasif,
mreproduksi pengetahuan (skedar menghafal),
sprti guru mengajar dgn mnggunakan slide presentasi dmn kurang dominan y/ siswanya, 
maka sia2lah teknologi trsebut diiintegrasikn dlm proses pmbelajaran yg guru lakukan.
Percayalah, jika itu yang terjadi,
mk siswa-siswi nanti hny akan mmiliki
”PENGETAHUAN TENTANG ....” bukan ”KEMAMPUAN UNTUK .....”.

Division of Higher Education, UNESCO, 2002

salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com
 

Saturday, December 3, 2011

Pesan Guru Ku Untuk Guru

Pesan Guru Ku untuk Guru


Ø  Teknologi hanyalah alat, bukan segala-galanya.
Ø  Keberhasilan pembelajaran tidak tergantung pada kecanggihan media atau teknologi .… Tapi tergantung pada ketepatan pemanfaatan dari media, teknologi atau sumber belajar tersebut ….
Ø  Media sederhana atau sumber belajar yang ada dapat kita optimalkan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran ….
Ø  Gurulah penentu utama sebagai peramu aneka sumber belajar yang handal 

salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

Friday, December 2, 2011

Kultur Belajar Era IT

Kultur Belajar Era IT



Kultur Belajar Jaman Dahulu
|
V
v

Kultur Belajar Jaman Sekarang - Era IT
|
V
v



salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

Thursday, July 21, 2011

K I R

K-I-R

PENGERTIAN
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) adalah kelompok remaja yang melakukan serangkaian kegiatan yang menghasilkan suatu hasil yang disebut karya ilmiah. Karya ilmiah itu sendiri mempunyai arti sebagai suatu karya yang dihasilkan melalui cara berpikir yang menurut kaidah penalaran yang logis, sistematis, rasional dan ada koherensi antar bagian-bagiannya. Sebagai suatu kegiatan ekstrakurikuler di tingkatan SLTP, SMU, SMK, Madrasah bahkan Pondok Pesantren, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) ini merupakan suatu organisasi yang sifatnya terbuka bagi para remaja yang ingin mengembangkan kreativitas, ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa kini maupun masa mendatang.

SEJARAH TERBENTUKNYA DI INDONESIA
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) atau Youth Science Club (YSC) awalnya dibentuk untuk remaja yang berusia sekitar 12-18 tahun oleh UNESCO pada tahun 1963, tetapi pada tahun 1970 batasan umur tersebut dirubah menjadi 12-21 tahun. Youth Science Club (YSC) di Indonesia dikenal dengan nama Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang terbentuk atas inisiatif remaja Indonesia sendiri. Diawali pada tahun 1969, Koran Harian Berita Yudha membentuk Remaja Yudha Club (RYC). Selanjutnya setelah difasilitasi oleh LIPI dan mengalami berbagai perkembangan, Remaja Yudha Club berubah menjadi Kelompok Ilmiah Remaja (KIR).

TUJUAN
Tujuan yang harus dicapai oleh anggota KIR secara individual adalah pengembangan sikap ilmiah,kejujuran dalam memecahkan gejala alam yang ditemui dengan kepekaan yang tinggi dengan metode yang sistematis, objektif, rasional dan berprosedur sehingga akan didapatkan kompetensi untuk mengembangkan diri dalam kehidupan.

MANFAAT
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang dikembangkan di sekolah mempunyai berbagai manfaat bagi siswa, guru pembimbing maupun bagi sekolah, antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) bagi siswa adalah
  1. Membangkitkan rasa ingin tahu terhadap fenomena alam yang berhubungan dengan iptek;
  2. Meningkatkan daya nalar terhadap fenomen-fenomena alam;
  3. Meningkatkan data kreasi dan daya kreatif serta daya kritis;
  4. Menambah wawasan terhadap iptek;
  5. Meningkatkan keterampilan menguasai iptek;
  6. Meningkatkan minat baca terhadap iptek;
  7. Memperluas wawasan komunikasi melalui pengalaman diskusi, debat dan presentasi ilmiah;
  8. Mengenal cara-cara berorganisasi;
  9. Sebagai wahana untuk menempa kematangan sikap dan kepribadian;
  10. Mengenal sifat-sifat ilmiah, jujur, optimis, terbuka, pemberani, toleransi, kreatif, kritis, dan skeptis;
  11. Sebagai ajang uji coba prestasi dan prestise;
  12. Membuka kesempatan untuk mendapatkan prioritas melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Manfaat Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) bagi guru pembimbing adalah
  1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan secara luas;
  2. Menambah keterampilan membimbing kelompok ilmiah remaja;
  3. Meningkatkan rasa ingin tahu terhadap iptek;
  4. Meningkatkan minat baca terhadap iptek;
  5. Menambah pengetahuan dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah;
  6. Mengenal sikap-sikap dan perkembangan pribadi-pribadi siswa lebih mendalam;
  7. Meningkatkan kesejahteraan hidup.
3. Manfaat Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) bagi sekolah adalah
  1. Memberikan nilai tambah dan nilai unggulan kompetitif bagi sekolah;
  2. Menambah keterampilan dalam mengelola dan mengembangkan sekolah;
  3. Memperluas hubungan kerja sama dengan instansi lainnya;meningkatkan situasi dan kondisi sekolah yang kondusif untuk belajar;
  4. Menambah fungsi sekolah lanjutan/menengah sebagai tempat pengembangan riset/ penelitian.
STRUKTUR ORGANISASI KIR SEKOLAH (UMUM)


MEMBENTUK KIR DI SEKOLAH
Ada beberapa hal yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam membentuk Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di Sekolah, diantaranya adalah waktu kegiatan KIR. Karena Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) merupakan kegiatan di luar jam pelajaran sekolah maka, kita harus cerdik dalam menentukan waktu kegiatan, baik untuk kegiatan yang memerlukan waktu yang panjang maupun waktu yang pendek. Setelah itu baru membentuk kelengkapan organisasi seperti kepengurusan, program kerja, pembimbing maupun penerimaan anggota, yang harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di sekolah masing-masing.

MACAM KEGIATAN KIR
Kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi KIR pada prinsipnya harus tidak mengganggu kegiatan akademik, dan diharapkan menuju pada profesionalisme. Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh KIR agar lebih bervariasi terbentuk dalam dua skala, yaitu skala besar dan skala kecil. Adapun skala besar adalah seperti, pertemuan ilmiah, penataran dan pelatihan serta perkemahan dan wisata ilmiah. Sedangkan untuk skala kecil seperti, aktivitas keadminstrasian, aktivitas penerangan, pelaksanaan penelitian, presentasi karya dan aplikasi karya.

PENDANAAN KIR DI SEKOLAH
Masalah pendanaan yang kerap kali dijadikan perhatian khusus, dapat digali dengan kerja sama bersama sponsorship, dan dapat juga dianggarkan dalam Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RABS), dari alumni/alumna maupun persatuan orang tua siswa serta swadaya anggota melalui iuran anggota. Jadi,apabila ada komitmen yang kuat untuk menciptakan iklim ilmiah melalui kelompok ilmiah remaja, dapat dibangun kerangka yang cukup kuat secara perlahan dan pasti untuk mengatasi masalah pendanaan.

Daftar Pustaka: Remigius Gunawan Susilowarno, “Kelompok Ilmiah Remaja”(Petunjuk Membimbing dan Meneliti Bagi Remaja), Grasindo, 2003

 Salam Kekuatan Berawal Dari Hati bayoete.blogspot.com

Lab Multimedia

Lab Multimedia



Kberagaman pendpt ttg Lab Multimedia dpt menyulitkn pihak sekolah ktika mrk akn merealisasikn kberadaannya di lingkungan sekolah. Ide pmbangunn Lab Multimedia ddasari oleh knyataan bhw bbrp topik mata pljrn tdk dpt dpaprkn kpada siswa scra mudah namun dpt disajikn dg mudah menggunakn teknologi multimedia Scra khusus, dhrpkn pngntr ini dpt membuka wawasan pengelola sekolah ttg manfaat yg dpt diambil oleh sekolah trhdp kberadaan Lab Multimedia terkait fungsional yg dilayani, shg memicu kinginan u/ mngoperasionalknnya.

Yg dmaksud Lab Multimedia a/ fungsional lab (tempat praktikum) yg mampu memfasilitasi bbrp aktifitas praktikum sekolah dg menggunakn Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK). Atau scra teknis, Lab Multimedia dpt digambarkn sbg ruangn lab berisi seperangkat komputer berikut prangkat audio visualnya yg saling terintegrasi, dilengkapi dg program aplikasi yg sesuai u/ memberikn layanan tambahan trhdp lab konvensional.

Alasan lain yg dikmukakn terkait pentingnya membangun lab multimedia a/ bhw hampir seluruh fungsional lab konvensional (Lab. Bahasa, Lab. IPA, & Lab. Komputer) dpt diperkaya oleh fungsional Lab Multimedia. Hal ini dpt trjadi krna karakteristik teknologi multimedia yg mampu mngolah data teks, gambar, gambar brgerak (video & animasi), serta suara kdalam suatu kmasan aplikasi, shg suatu topik mata pljrn dpt disampaikn scra komprehensif (tdk terpotong potong) mnggunakn aplikasi multimedia ini. Menggunakn aplikasi ini, belajar menjadi lebih mnyenangkn, materi menjadi lebih mudah dipahami, memungkinkn pmbljrn scra mandiri; & ksemuanya itu, muaranya a/ peningkatan kualitas pembelajaran & kualitas lulusan.

Scra ideal fungsi pokok dari suatu lab multimedia yg akn dbngun harus mmenuhi fungsi dbwah ini:
1.      Interaksi antara Guru Murid & Murid murid
2.      Pnayngn Video Pembelajaran
3.      Latihan Mata Pljrn Interaktif (online)
4.      Simulasi Kasus berbasis multimedia
5.      Operasionalisasi eAudioBook
6.      Operasionalisasi eBook
7.      Menyediakn Ensiklopedi Digital

Bnyk sekolah berpikir bhw pmbangunn lab multimedia hny dilihat dari sisi fisik saja. Shg yg terjadi fungsionalitas pokok suatu lab multimedia tdk brjaln spt yg dhrpkn. Hal itu trjadi krena yg mmbangun hny mngerti mslh hardware saja, tanpa a&ya upaya kberlanjutan u/ membimbing Sumber Daya Manusia di Sekolah u/ mengoptimalkn lab multimedia dlm proses bljr mngajr shg mempunyai kapasitas & kapabilitas dalam:
  1. Penyediaan Hardware yg kompatibel
  2. Kpastian Optimalisasi Fungsionalitas Lab Multimedia
  3. Training SDM Sekolah dalam memanfaatkn Lab. Multimedia
  4. Kberlanjutan Pngembngn kualitas SDM guru & pngayaan bhn ajar multimedia guna mndukung lab. Multimedia. Dalam pelaksanaannya, lab Multimedia dsesuaikn dg kondisi sekolah. 
  5.  
Salam Kekuatan Berawal Dari Hati bayoete.blogspot.com
     

Thursday, June 9, 2011

SYARAT PENEGERIAN CPNS menjadi PNS 2010

SYARAT PENEGERIAN CPNS menjadi PNS 2010

Syarat kenegerian cpns 2010 menjadi PNS Th. 2011 Guru SMK Negeri 3 Kota Tegal:
1.   FC SK CPNS (4 Lembar)
2.   FC SPMT (4 Lembar) 
3.      FC IJASAH DAN AKTA (4 Lembar) 
4.      FC DP3 2010 (4 Lembar) 
5.      SURAT KETERANGAN DOKTER (menyusul)
6.      STTPTL (menyusul)
7.      FC SK MENGAJAR (Semester Genap,Ganjil = 4 bendel) 
8.      SERTIFIKAT SELAMA PERIODE MENGAJAR (Sertifikat diperoleh jangka waktu dari CPNS ke PNS) 
9.      PERANGKAT MENGAJAR:
a.      Analisis UH (KD berbeda; smt 1 = 2 dan smt 2 = 2 lembar);
b.      Perbaikan dan Pengayaan (disesuaikan dengan analisis UH);
c.       Daftar Hadir Perbaikan dan Pengayaan (disesuaikan dengan analisis UH).

NB:  Stopmap snalhacter kuning kertas = 1;
        Stopmap kertas warna kuning = 3;
        Dan melengkapi administrasi.

Salam Kekuatan Berawal Dari Hati bayoete.blogspot.com 

Tuesday, June 7, 2011

Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia

Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia
Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Aktifitas ini telah dan akan terus berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi, kita akan dapatkan bahwa pendidikan telah mulai berproses semenjak Allah swt. menciptakan manusia pertama Adam di sorga dimana Allah telah mengajarkan kepada beliau semua nama-nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali.

Semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia.

Dan secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju (taqaddumiyyah). Sehingga apabila sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan suatu kemajuan atau malah menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup target, metode dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi terwujudnya kemajuan yang lebih baik.

Sebagai contoh nyata dari argumen di atas dapat kita lihat dari dua kenyataan berikut:
Pertama, ketika Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yamg pertama spotnic pada 4 oktober 1957, Amerika Serikat tergoncang dengan dahsyatnya. Demam spotnic melanda seantero Amerika. Betapa tidak, karena Amerika adalah negara besar pemenang perang dunia II telah kedahuluan oleh Uni Sovyet. Sampai-sampai presiden AS ketika itu membentuk tim khusus untuk merespon kejadian besar ini. Tim tersebut bukan bertugas menyelidiki kenapa Uni Sovyet berhasil mendahului mereka dalam meluncurkan pesawat luar angkasa, melainkan mereka mendapat intruksi lansung dari presiden untuk melakukan suatu tugas yang tidak disangka-sangka oleh para pengamat politik waktu itu. Tugas mereka adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Dengan bekerja keras dan dalam waktu yang singkat tim tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi dan harus direvisi. Sebuah keputusan yang teramat berani waktu itu. Tapi itulah sebuah konsekuensi kalau hendak berkompetisi dalam kemajuan peradaban.

Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan dimensinya. Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan sampai kepada sistem evaluasi pendidikan. Usaha mereka dengan sangat cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Pada tanggal 14 juli 1969 mereka berhasil meletakkan manusia pertama di permukaan bulan. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu yang relatif singkat, kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar sampai jenjang perkuliahan.

Hasil lain dari itu tentunya dapat disaksikan oleh dunia semuanya dimana AS sekarang telah menjadi kekuatan tunggal setelah runtuhnya US.

Kedua, kejadian yang hampir serupa sebenarnya pernah terjadi di Jepang seusai kekalahan mereka dalam perang dunia II dengan dibom atomnya kota Hiroshima dan Nagasaki. Jepang praktis lumpuh dalam segala segi kehidupan. Bahkan kaisar Jepang waktu itu menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali tanah dan air. Belum lagi hukuman sebagai orang yang kalah perang yang melarang Jepang untuk membangun angkatan bersenjata. Semua itu merupakan hambatan yang sangat besar untuk dapat bangkit dan membangun sebuah peradaban baru. Tapi perkiraan akal manusia tidak selamanya benar. Jepang bangkit perlahan-lahan dengan memperbarui sistem pendidikan mereka dalam semua jenjang pendidikan. Dalam masa yang relatif singkat Jepang berhasil membangun Negara mereka menjadi negara yang kuat dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Bahkan merupakan Negara ekonomi terkuat yang menjadi ancaman bagi AS sendiri. Coba kita bandingkan dengan Indonesia yang mulai membangun diri pada waktu yang sama dengan Jepang (kita merdeka 1945 dan Jepang di bom atom 1945). Jepang telah berlari jauh di depan, kita malah masih tertatih-tatih bahkan jalan di tempat dan kadang kala juga mundur ke belakang. Contoh nyata dari kemajuan pendidikan di Jepang adalah
berobahnya pengertian buta huruf dikalangan rakyat Jepang. Buta huruf yang sudah tidak ada lagi di Jepang mempunyai pengertian "tidak bisa menggunakan komputer". Betapa jauhnya pengertian ini dengan pengertian aslinya di kalangan dunia ketiga, yang berarti tidak bisa tulis dan baca.

Dua fenomena di atas merupakan gambaran nyata dari urgensi pendidikan yang telah dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan Jepang. Langkah yang mereka ambil telah membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan pendidikan berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan bangsa manapun di dunia ini yang mengabaikan pendidikan maka tunggulah kehancurannya.

 Salam Kekuatan Berawal Dari Hati bayoete.blogspot.com