Periklanan
Definisi Periklanan
Kotler (1991) mengartikan iklan sebagai semua bentuk penyajian non
personal, promosi ide-ide, promosi barang produk atau jasa yang dilakukan oleh
sponsor tertentu yang dibayar. Artinya dalam menyampaikan pesan tersebut, komunikator
memang secara khusus melakukannya dengan cara membayar kepada pemilik media
atau orang yang mengupayakannya.
Sedangkan menurut Rhenald Kasali (1992) secara sederhana iklan
didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada
masyarakat melalui seuatu media.
Definisi mengenai iklan juga didefinisikan oleh AMA (The
American Marketing Association). AMA menyebutkan bahwa iklan merupakan
setiap bentuk pembayaran terhadap suatu proses penyamapian dan perkenalan
ide-ide, gagasan, dan layanan yang bersifat non personal atas tanggungan
sponsor tertentu (Kasali, 1992).
Di Indonesia, Masyarakat Periklanan Indonesia mengartikan iklan
sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan
melalui suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.
Sementara istilah periklanan diartikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi
persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan iklan (Widyatama, 2005).
Fungsi Iklan
Menurut Rotzoil (1986) yang
dikutip oleh Renra Widyatama (2005), beliau berpendapat bahwa iklan mempunyai
empat fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi Precipitation Yaitu
fungsi mempercepat berubahnya suatu kondisi dari keadaan yang semula tidak bisa
mengambil terhadap produk menjadi dapat mengambil keputusan. Fungsi ini
misalnya meningkatkan permintaan atas suatu produk dan menciptakan kesadaran
dan pengetahuan tentang merek suatu produk.
2. Fungsi Persuasion
Yaitu membangkitkan keinginan dari khalayak sesuai pesan yang
diiklankan. Hal ini meliputi persuasi atas daya tarik emosi, menyebarkan
informasi tentang ciri-ciri suatu produk dan membujuk konsumen untuk tetap
membeli.
3. Fungsi Reinforcement
Fungsi ini berarti iklan mampu meneguhkan keputusan yang diambil
oleh khalayak. Peneguhan ini mengabsahkan daya beli konsumen yang sudah ada
terhadap suatu produk dan mengabsahkan keputusan sebelumnya.
4. Fungsi reminder
Yaitu iklan yang mampu mengingatkan dan semakin meneguhkan
terhadap produk yang diiklankan, misalnya memperkuat loyalitas konsumen akan
produkyang sudah disukainya. Sekalipun muncul produk baru yang sejenis, namun
bila seseorang tetap setia dengan produk yang lama karena terpengaruh iklan,
maka iklan tersebut dapat dikatakan mampu melakukan fungsi reminder.
Sedangkan fungsi iklan menurut Rendra Widyatama (2005) adalah
sebagai berikut:
1. Iklan mampu memiliki fungsi untuk memberikan informasi, yaitu
bahwa iklan memberikan informasi-informasi yang berharga bagi khalayaknya.
Informasi tersenut dapat berupa pengenalan adanya produk, bagaimana cara
menggunakan produk, perkembangan produk, dimana dan kapan produk dapat dibeli
dan sebagainya.
2. iklan mampu mengemban fungsi mempersuasikan khalayak, yaitu
membujuk konsumen agar mengikuti apa yang disarankan dalam isi pesan iklan. Wujud
persuasi yang diperlihatkan dalam iklan dapat berupa membujuk agar mencoba,
membeli, memakai atau mengkonsumsi, mempertahankan minat terhadap produk,
beralih pada produk tertentu, menumbuhkan keyakinan terhadap, memelihara
keyakinan terhadap produk, menciptakan, meningkatkan, dan mengembangkan
permintaan terhadap produk, dan sebagainya.
3. Iklan mampu mengemban fungsi untuk mendidik khalayak, yaitu
mengajarkan khlayak atas suatu konstruksi tertentu. Sesuatu yang diajarkan
tersebut dapat berupa cara pemakaian, perakitan, pemasangan, penggunaan produk
dan semacamnya.
4. Iklan mampu memberikan hiburan kepada khalayaknya.
Susunan Pesan
Untuk mengomunikasikan pesan iklan dengan baik seseorang dapat
menggunakan cara positif atau negatif. Dalam beberapa kajian oleh banyak ahli
periklanan disebutkan ada dua tipe dari susunan pesan, tipe yang pertama adalah
pesan yang dikomunikasiakan secara negatif atau positif. Pada isi pesan yang
positif semata untuk menegaskan keuntungan atau manfaat bagi konsumen setelah
mereka menggunakan produk. Sedangkan pesan yang disusun secara negatif adalah
untuk menegaskan kerugian bagi konsumen apabila mereka tidak menggunakan salah
satu bagian dari produk yang ditawarkan (Maheswaran and Meyers – Levy, 1990).
Tipe kedua adalah sifat negatif atau sifat positif dari pesan itu
sendiri. Pesan ini menggunakan aspek produk atau ide untuk mengkomunikasikan
pesan positif atau pesan negatif kepada khalayak, sebagai contonya adalah pesan
yang disusun oleh Levin dan Gaeth (1988):
- daging sapi mengandung 75% daging tanpa lemak
- daging sapi mengandung 25% lemak
Bila kita cermati, susunan
pesan yang digunakan oleh Levin dan Gaeth (1988) merupakan desain penyusunan
pesan terbaik untuk melakukan penelitian. Singkatnya, akan sangat sedikit
produk-produk yang benar-benar memperlihatkan aspek-aspek negatif produk mereka
kepada konsumen. Maka dari itu penelitian ini menggunakan tipe yang pertama
dari penyusunan iklan.
Beberapa penelitian yang lalu juga meyakini bahwa susunan pesan
positif akan menghasilkan efek iklan yang terbaik. Begitu juga pada penelitian
yang dilakukan oleh Levin dan Gaeth (1988) yang memperlihatkan hasil bahwa
dengan pesan positif akan dapat menghasilkan penilaian konsumen yang baik
dengan partisipasi konsumen dalam tiap pesan. Sedangkan Eagly dan Chaiken
(1993) meyakini bahwa susunan pesan positif bagaimanapun juga lebih meyakinkan
konsumen dari pada pesan yang negatif. Namun, beberapa penelitian yang
menyoroti penyusunan pesan, pada kenyataannya hasilnya akan berbeda sesuai
dengan situasi yang sedang dialami oleh konsumen (Levin and Gaeth, 1988).
Bahkan Rothman (1993) meyakini bahwa pesan dengan isi yang sama akan
menghasilkan pengaruh yang berbeda pada konsumen apabila pesan tersebut disusun
secara berbeda.
Effektifitas Iklan
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Lavidge dan Steiner (1961), keefektifan iklan dapat dibagi
kedalam beberapa hal, yakni 1) keefektifan penjualan, dimana efektifitas
penjualan ini menggunakan volume penjualan sebagai ukuran; 2) Keefektifan
komunikasi, yang mana efektifitas ini menggunakan tingkat pesan sebagai
informasi, dimengerti, diterima, dan tingakat pesan yang mengubah sikap dan
perilaku konsumen sebagai ukurannya. Disamping iklan, faktor yang ikut
mempengaruhi volume epnjualan meliputi beberapa fakor pendukung termasuk harga
produk, kualitas produk, dan jasa. Maka dari itu, apa bila hanya menggunakan
volume penjulan untuk mengukur keefektifan iklan, hal tersebut sama saja akan menghilangkan
keobyektifannya. Meskipun efektifitas komunikasi tidak sama dengan efektifitas
penjualan, evaluasi produk dan sikap terhadap merek dengan efektifitas
komunikasi mungkin digunakan untuk meramalkan volume penjualan. Karena itulah,
sebagian besar peneliti merekomendasikan efek komunikasi untuk mengevaluasi
efektifitas iklan. Oleh sebab itu, penelitian ini mengambil efektifitas
komunikasi untuk mengevaluasi efektifitas iklan.
Sikap Terhadap Iklan
Sikap mengacu pada keuntungan dan kerugian evaluasi, perasaan,
atau kecenderungan perilaku seseorang terhadap tujuan khusus atau ide. Dalam
periklanan, sikap dapat diartikan sebagai penilaian konsumen secara menyeluruh
dari produk atau merek, yang secara pasti telah ada dalam benak konsumen.
Rhenald Kasali (1992) mengaktegotikan sikap terhadap iklan kedalam tiga bagian,
yaitu; 1) komponen kognitif, yakni pengetahuan atau keyakinan individu; 2)
komponen afektif, yakni perasaan individu; 3) komponen konatif, yaitu maksud
konsumen untuk membeli. Sikap merupakan indeks pengaruh yang penting untuk
mempengaruhi iklan secara keseluruhan. Sikap terhadap iklan biasanya digunakan
untuk mengevaluasi efektifitas iklan pada konsumen.
Niat Pemnbelian
Pengertian mengenai sikap
atau perilaku konsumen telah digambarkan secara jelas sebagai komponen kunci
dalam struktur sikap (kognitif, afektif, konatif). Hal tersebut juga diyakini
bahwa maksud (intent) dapat digunakan untuk mengukur hasil dari kasi
yang sesungguhnya. Maka dari itu bidang pemasaran menggunakan tujuan jangka
panjang, karena dalam tujuan ini pada akhirnya adalah untuk mengingkatkan
penjualan dan merupakan uji yang paling akurat untuk memprediksi aksi pembelian
konsumen (Merowitz and Schmitten, 1992). Oleh karenanya, studi ini memilih
sikap dan niat pembelian untuk mngukur efektfitas iklan.
Salam Satu Cahaya Kekuatan Berawal dari Hati bayoete.blogspot.com