Laman

Saturday, May 28, 2011

3. Mind-set Belajar di Perguruan Tinggi

3. Mind-set Belajar di Perguruan Tinggi
Setiap orang terpanggil untuk belajar, di hidup dan selama hidup ini; Sebab pada hakekatnya belajar adalah panggilan hidup 2. Setiap orang pun memiliki cita-cita, memiliki tujuan hidup, meski banyak yang bahkan tidak peduli untuk memikirkannya apalagi merumuskannya. Lalu apa yang membedakan mereka yang berke-sempatan belajar di Perguruan Tinggi dengan yang tidak pernah?

Pada bagian sebelumnya, telah kita bahas bahwa salah satu peran perguruan tinggi adalah memandu Anda untuk belajar menjadi orang yang mampu berpikir kritis. Sebagaima na kita sepakat bahwa pendidikan merupakan kegiatan sepanjang hidup, dan belajar di perguruan tinggi menolong kita untuk bisa melakukan proses belajar seumur hidup tersebut; yakni dengan menyediakan sejumlah skill yang diperlukan untuk itu. Sehingga Anda selalu bias memutahirkan pengetahuan dan keterampilan Anda; dan dengan demikian karir Anda dapatbberjalan terus.

2 Mengenai hal ini, dibahas dengan lebih rinci dalam bagian pertama dari Modul MD-02: Hakekat Belajar.

Berbagai pengetahuan, teknologi dan sains terbuka bagi semua orang, akan tetapi tidak semua orang dapat memilikinya, sebab untuk dapat menguasainya orang perlu memiliki sejumlah skill dan attitude yang tepat, mind-set yang tepat. Sikap mental yang bagaimana kah yang tepat bagi mereka yang ingin belajar mandiri ?

3.1 Sadar diri, kenal diri dan tahu diri.
Setiap orang dewasa, termasuk Anda, perlu mengenal dan memahami identitas dirisiapa Anda sejatinya, punya keinginan dan mimpi menjadi orang yang bagaimana, sesuai yang Anda yakini untuk apa Anda diciptakan dan dilahirkan. Untuk kepentingan ini, ada beberapa langkah yang perlu Anda upayakan, antara lain :
• Belajar mengambil jarak dari diri Anda sendiri, sehingga Anda bisa berpikir secara obyektif tentang diri Anda dan apa yang hendak Anda laku-kan. Juga Anda bias melihat diri Anda sebagaimana orang lain melihat Anda.
• Dengan wawasan yang lebih nyata tentang diri, Anda bisa menjadi orang yang lebih mawas diri, dan bertindak lebih responsif 3 - bukan reaktif atas apa yang terjadi pada diri Anda. Dengan begitu ’locus of control’ ada di diri Anda, dalam hal ini menjadi ’internal locus of control’.

3 Ada perbedaan nyata antara bertindak responsif – artinya tindakan yang Anda ambil merupakan  suatu alternatif yang Anda pilih dari berbagai kemungkinan, berdasarkan hasil pemikiran dan pertimbangan Anda; dibandingan dengan bertindak reaktif – artinya tindakan yang Anda ambil merupakan satu-satunya tindakan yang saat itu muncul dalam pikiran Anda dan segera Anda jalankan.

• Selanjutnya Anda dapat dan mampu bertanggung jawab atas hidup Anda, tidak tergantung pada pilihan orang lain; dan dengan demikian tidak juga menyalahkan orang lain manakala Anda menghadapi hambatan. Dari pengalaman banyak orang sukses, keberhasilan mereka dikarenakan kesediaan mereka mengambil tanggung jawab atas peri-kehidupan mereka sendiri. Ini pula sebabnya mengenal dan memahami diri menjadi sangat penting, karena dengan Anda mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, Anda bisa berbuat sesuatu mengatasi hal tersebut.

• Lebih lanjut, bertanggung jawab tidak cukup hanya kesediaan, tetapi butuh komitmen dan upaya. Jadi apabila Anda adalah seorang mahasiswa yang bertanggung jawab, maka hal itu berarti Anda punya kesediaan untuk belajar menjadi cendekiawan yang semakin maju dan berkembang; dengan komitmen tinggi berupaya menjalani proses pembelajaran di berbagai lingkup kehidupan kemahasiswaan, baik bersifat akademik maupun non-akademik, termasuk didalamnya pengertian ’jatuh-bangun’ melalui likalikunya. Pada hakikatnya, dalam hidup ini tidak ada yang gratis, dan yang perlu secara sinambung dipertanyakan dan dicari jawabannya adalah: ”Apa yang Anda rela dan ikhlas mau korbankan hari ini, untuk kepentingan hari esok”.

• Lebih jauh, Anda perlu menyadari bahwa kesempatan selama di perguruan tinggi merupakan peluang emas untuk menemukan apa yang sebenarnya Anda ingin lakukan dengan hidup Anda. Sebab perguruan tinggi menyediakan dan member kesempatan pertumbuhan dan perkembangan diri; bukan sekedar indeks prestasi atau ’tawuran’ atau ’latihan demo’.

• Disamping semua hal di atas, tentu saja Anda memerlukan arah –perspektif sebagai orientasi berjalan dan belajar. Arah dapat Anda peroleh dari visi-misi hidup Anda, yang menurunkan sejumlah tujuan hidup Anda. Tujuan tersebut akan bisa menarik perhatian Anda, sehingga pada gilirannya Anda dapat memilah dan memilih apa yang menjadi fokus berbagai upaya Anda ke arah tujuan tersebut. Dengan demikian, Anda menjadi lebih bisa membuka diri belajar memiliki kemampuan dan keterampilan di banyak model dan tingkatan belajar.

3.2 Fokus dan proses pembelajaran
Pembelajaran di Perguruan Tinggi, sejatinya bervariasi tergantung siapa fokus kegiatan dan oleh siapa proses pembelajaran terutama dilakukan. Mengenai siapa fokus dari kegiatan pembelajaran, dapat bergerak dalam rentangan mulai fokus pada individual peserta pembelajaran
sampai pada kelas sebagai group secara keseluruhan. Jadi, individual mahasiswa bisa menjadi fokus pembelajaran, misalnya telaah jurnal pribadi, log, dsb; bisa juga team kecil ( group 2-3 orang), misalnya dalam ’role playing’, tidak tertutup juga kemungkinan fokus kegiatan pembelajaran pada kelompok yang lebih besar ( 5 s/d 8 orang), misalnya dalam ’focus-group’, bahkan bisa fokusnya pada kelas secara keseluruhan seperti selalu kita alami dalam kuliah tradisional – ’one way traffic’ .

Di sisi lain, proses pembelajaran juga bisa bervariasi, sesuai oleh siapa proses tersebut di-berlangsung-kan. Rentangan variasinya bisa mulai dari proses pembelajaran dipandu sepenuhnya oleh seorang individu ( dosen, asisten, tutor atau seorang mahasiswa yang bertugas untuk memproses segmen pembelajaran tersebut), misalnya dalam hal pemberian kuliah, penjelasan suatu konsep, dst. Variasi lain, bisa proses pembelajarandilakukan oleh kelompok yang lebih besar, misalnya pmbelajaran lewat model ’focus-home group’. Di ujung rentangan, bisa juga proses pembelajaran dilangsungkan secara bersama oleh mahasiswa sekelas secara keseluruhan, misalnya pembelajaran yang bersifat kolaboratif.

Lebih jauh, apabila kedua rentang tersebut kita kombinasikan, maka kita bias memperoleh setidaknya 4 kuadran yang variatif (modus pembelajaran dan karakter ajakan modus pembelajaran.

Pertama, pada kuadran 1, terdapat modus yang focus egiatannya bertumpu pada individual. Demikian pula individual bersangkutanyang melangsungkan pembelajaran tersebut, modus-modus pada kuadran inidiberi label: “belajar sendiri”. Lebih jauh, sifat ajakan modus kuadran ini, menunjukan sejumlah karakter seperti: ‘self-respect’, ‘otonomi’, ‘focus own thought’, ‘self-directed’ dan ‘internal locus of control’.  Mari kita telaah satu persatu.

Self-respect. Artinya masing-masing mahasiswa yang hendak belajar sendiri, di rumah, perpustakaan, atau di mana saja. Perlu memiliki respek diri yang cukup memadai, sehingga ia bias dengan penuh tkad, semangat dan suka cita member dirinya kesempatan, waktu dan suasana yang nyaman untuk belajar selama kurun waktu tertentu (sesuai rencana yang diagendakannya). Dengan demikian ia pun ikhlas mengijinkan dirinya memberi perhatian penuh dan berkonsentrasi hanya kepada sejumlah bahan relevan yang telah dipersiapkannya untuk dipelajarinya saat itu. Dengan demikian pula ia pun berkomitmen untuk melindungi dirinya dari berbagai gangguan baik dari dalam dirinya maupun dari luar yang bisa meng-alihkan perhatiannya. Oleh karena tu segala sesuatunya telah ia persiapkan dengan sebaik-baiknya, sebab ia respek kepada hak pribadinya untuk belajar. Di sisi lain, iapun berkewajib an untuk respek kepada orang lainlain, dosen, dan siapapun yang sedang mempergunakan hak pribadinya.

Sejalan dengan terbangunnya respek diri di atas, mahasiswa bersangkutan memiliki ’otonomi’, paling tidak selama kurun waktu belajar tersebut, ia mempunyai hak mengatur diri dalam segala sesuatunya. Ia berhak menyampaikan bahwa ia tidak bersedia berbagi waktu, perhatian dan ruang pribadinya dengan orang-orang lain. Itu sebabnya seyogyanya ia memilih ’ruang’ dan kurun waktu tertentu untuk belajarnya. Ruang belajar ini tidak selalu mesti dalam bentuk ruang/kamar, bisa saja hanya suatu sudut di kamarnya, di kebun ataupun di perpustakaan, bahkan di sudut meja makan pun bisa. Yang terpenting ada suatu tempat di mana ia bisa secara otonom mengatur dirinya belajar tanpa ada banyak gangguan.

Selanjutnya pada kurun waktu tersebut, ia memiliki kebebasan akademik dengan pikirannya sendiri -’focus own thought’, memutahirkan dan mengembangkannya sambil mere-integrasikan dengan hasil perolehan belajarnya. Manakala pikirannya tidak bias atau belum bisa memadukan informasi yang baru didapat dari hasil belajarnya, selalu mungkin ia mencari tahu pendapat orang lain, baik secara langsung maupun lewat teknologi, pada waktu yang bersesuaian dengan jaringan supportive-nya.

Dengan demikian, bisa dipahami bahwa untuk modus belajar sendiri, modus-modus lain pada kuadran 1 ini, mahasiswa perlu berinisiatif , ’self-directed’ mengatur diri, ruang dan kegiatannya dan terutama memiliki ’internal locus of control’.
Kedua, pada kuadran 2, terdapat variasi modus pembelajaran yang berfokus pada individual, akan tetapi dilangsungkan bersama dengan teman sebaya, dengan kelompok. Di kuadran ini mahasiswa belajar bersama- sama, boleh jadi kelompok belajar di salah satu rumah teman, ataupun di kampus; Secara fisik mereka berada dalam ruang dan waktu bersama, dalam kegiatan belajar, namun fokus kegiatannya pada individual. Masing-masing orang bisa saja mempelajari hal/bagian yang berbeda. Kebersamaannya bisa berfungsi saling menunjang dalam hal bertahan belajar. Dalam kegiatan seperti ini diperlukan sejumlah karakter antara lain ’Mutual respect’, demokratis, partisipatory , competing dan ada ’multiple priorities’ serta ’Multiple values.

Bila demikian ajakannya, maka sebelum mengikuti kegiatan belajar tersebut, mahasiswa perlu menyetel pikirannya ( mindsetting) antara lan menyiapkan sikap mental yang respek ke diri cukup memadai, sehingga juga bisa salng respek (Mutual respect) kepada semua teman lain sekelompoknya, yang berbeda satu sama lain baik dalam sikap, cara belajar, tingkatan kemampuan maupun kepentingan belajarnya (’multi priorities’ dan ’Multiple values). Oleh sebab itu, masing-masing mahasiswa perlu ber-partisipasi (partisipatory) dalam kegiatan bersama, secara demokratis, sehingga setiap orang dapat menikmati kebersamaan tetapi juga kepenyingannya belajar terpenuhi secara optimal, bahkan tetap bisa saling bersaing secara sehat ( competing). Mereka yang datang dengan min-set lain, misalnya saja yang ingin maksimal sesuai kepentingan dan kebiasaannya, akan memaksakan kepada yang lain, maka akan terjadi kekacauan pikirannya dan tentu saja tidak bisa belajar bahkan bisa terjadi bentrokan malah semuanya tidak bisa melangsungkan kegiatan belajarnya, Oleh karena itu, penting untuk masing-masing menyetel sikap mentalnya memasuki ajang belajar bareng.

Ketiga, pada kuadran ketiga terdapat modus pembelajaran yang berfokus pada group dan diberlangsu((ngkan oleh group atau bersama teman-sebaya juga. Kegiatan pembelajaran di kuadran ini banyak macamnya, diberi label: belajar secara kolaboratif. ”collaborative learning”. Ajakan pembelajaran di kuadran ini mengharuskan pesertanya nyaman dengan kegiatan yang bercorak : Shared values, communities, cooperatif dan consencus seeking.

Dengan perkataan lain, mengikuti modus kegiatan pembelajaran di kuadran ini, orang perlu bersedia berada bersama sebagai layaknya suatu komuniti yang utuh dengan berbagai karakternya (communities). Segala sesuatunya dilakukan secara cooperatif, (cooperatif). sehingga tentu saja perlu siap berbagi nilai-nilai, ( Shared values). Kalau perlu bergeser sejauh masing-masing memang bisa mencari konsensus bersama (consencus seeking). Apabila ada peserta yang mind-setnya tidak demikian, maka proses pembelajarannya tidak akan berjalan dengan baik, sebab selalu mungkin ada yang tidak melakukan sesuai yang sudah disepakati bersama, maka akan kacau.

Ke-empat, pada kuadran ke-empat terdapat modus pembelajaran yang berfokus pada group dan dipandu keberlangsungannya oleh seseorang / sendirian . Saya kira kita masing-masing sudah hafal modus kegiatan belajar seperti ini, sejak di SD, kegiatan belajar lebih banyak sama dengan sifat ajakan di kuadran 4 ini, yaitu antara lain: Autority, Autocracy, listening, constrained dan tempo.

Dalam hal ini, seorang pemandu (guru, dosen, presenter) mempunyai otoritas (Autority), yang cukup besar, ia perlu otoritas tersebut untuk bisa menguasai situasi kelas, apalagi kelas besar, sehingga ia bisa mengelola proses belajarnya dengan baik. Pemandu biasanya lebih otokarasi (Autocracy ) menentukan lingkup dan alur pembelajaran, disesuaikan dengan waktu yang biasanya terbatas, dan dipertimbangkan keadaan kelas secara keseluruhan ( setidaknya mereka yang kebanyakan –average sekitar 68-70 %). Jadi di kelas selalu mungkin ada sejumlah kecil mahasiswa yang merasa bosan karena menghayati proses pembelajaran terlalu lambat, sementara ada juga sebagian kecil lainnya yang merasa kewalahan, karena menghayati proses pembelajaran
berjalan terlalu cepat. Disamping itu terdapat pula berbagai keterbatasan lainnya, seperti lingkungan belajar yang kurang kondusif, panas, kurang terang, pengap dsb (constrained & tempo). Di fihak lain mahasiswa seyogyanya proses utamanya adalah berkonsentrasi mendengar dengan sungguh-sungguh (listening) sekaligus berfikir secara kritis mengintegrasi dan re-integrasi kognisi yang sudah ada di kepala nya. Oleh karena itu, mind-set mahasiswa yang belajar dari kuliah, perlu disetel sesuai ajakannya. Bila ia terlambat masuk kelas, atau mengobrol, melamun di dalam kelas, maka proses pembelajaran di dirinya tidak berjalan lancar. Bisa saja konfigurasi kognisi di pikiran mahasiswa tersebut setelah selesai kuliah persis sama dengan kondisi pada saat ia masuk ke ruang kuliah, tidak ada tambahan atau perubahan pengetahuannya.

Dari uraian berbagai modus di atas, nampak jelas bahwa setiap model pembelajaran mengandung ajakan yang berbeda-beda. Universitas telah mengambil langkah transformasi penyelenggaraan pembelajaran lebih bertumpu pada mahasiswa (student centre learning). Dosen dilengkapi dengan upaya transformasi dari proses pembelajaran yang lebih bertumpu di kuadran 4 ke arah semua kuadran. Sehingga, ke depan Anda akan mengalami lebih banyak variasi pembelajaran dengan ajakan masing-masing. Oleh karena itu, sangatlah wajar apabila Anda mengembangkan kemampuan fleksible menyetel sikap mental Anda (mind-setting ) sesuai dengan ajakan model pembelajarannya, setiap memasuki kegiatan pembelajaran yang berbeda. Selanjutnya, muncul pertanyaan bagaimana kita bisa memiliki kemampuan menyetel mind-set sesuai yang diperlukan. Pada bagian berikut kita akan coba telusuri jalan membangun dan merawat kemampuan mind-setting, untuk belajar.


salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Silahkan Komentar maupun Pesannya.... lampirkan alamat email atau web anda:..... Thanks