Laman

Monday, May 2, 2011

Fotografi dari Masa ke Masa

Fotografi secara umum baru dikenal sekitar 150 tahun lalu. Ini jika kita membicarakan fotografi yang menyangkut teknologi. Namun, jika kita bicarakan masalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari peran cahaya, sejarah fotografi sangatlah panjang. Dari yang bisa dicatat saja, setidaknya "fotografi" sudah tercatat sebelum Masehi.

Dalam buku The History of Photography (Alma Davenport, 1991) disebutkan bahwa pada abad ke-5 sebelum Masehi, Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala awalnya. Pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, ia memperhatikan di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Kemudian, pada abad ke-10 Masehi, Ibn al-Haitham menemukan fenomena yang sama pada tenda miliknya yang bolong.

Hanya sebatas itu informasi yang masih bisa kita gali seputar sejarah awal fotografi karena keterbatasan catatan sejarah. Bisa dimaklumi, di masa lalu informasi tertulis amat jarang. Fotografi lalu mulai tercatat resmi pada abad ke-19, lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan gencarnya kemajuan teknologi. 
Tahun 1839 dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu di Perancis, fotografi dinyatakan secara resmi sebagai sebuah terobosan teknologi. Kala itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanent oleh penemu fotografi pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre. Si empu sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Namun Pemerintah Perancis, dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre menyebar ke seluruh dunia, walau diterima setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.

Meskipun pencanangan resmi sebagai teknologi temuan baru pada 1839, sebenarnya foto-foto telah tercipta beberapa tahun sebelumnya. Temuan Daguerre bukanlah murni temuannya sendiri. Seorang peneliti Perancis lain, Joseph Nicephore Niepce, pada 1826 sudah menghasilkan sebuah foto yang kemudian dikenal sebagai foto pertama dalam sejarah manusia. Foto berjudul View from Window at Gras itu kini disimpan di University of Texas, Austin, AS. 
Niepce membuat foto dengan melapisi pelat logam dengan sebuah senyawa buatannya. Pelat logam itu lalu disinari dalam kamera Obscura sampai beberapa jam hingga tercipta imaji. Metode Niepce ini sulit diterima orang, karena lama penyinaran dengan kamera Obscura bisa memakan tiga hari. Pada 1827, Daguerre mendekati Niepce untuk menyempurnakan temuan itu. Dua tahun kemudian, Daguerre dan Niepce resmi bekerja sama mengembangkan temuan yangmereka sebut heliografi. Dalam bahasa Yunani, helios adalah matahari, dan graphos adalah menulis.

Pada 1833, Niepce meninggal. Daguerre kemudian selama enam tahun bekerja sendiri, kemudian hasil kerjanya itu diumumkan ke seluruh dunia. Dari situ, fotografi kemudian berkembang sangat cepat, tak semata heliografi lagi, karena cahaya apa pun kemudian bisa dipakai, bukan hanya cahaya matahari. Penemuan cahaya buatan dalam bentuk lampu kilat pun menjadi aliran tersendiri dalam fotografi.

Cahaya yang dinamai sinar-X kemudian membuat fotografi menjadi berguna dalam bidang kedokteran. Pada 1901, seorang peneliti Conrad Rontgen menemukan pemanfaatan sinar-X untuk pemotretan tembus pandang. Temuannya ini lalu mendapat Hadiah Nobel, dan peralatan yang dipakainya dinamai rontgen.

Cahaya buatan manusia dalam bentuk lampu sorot maupun lampu kilat (blits) kemudian juga menggiring fotografi ke beberapa ranah lain. Pada 1940, Dr Harold Edgerton dibantu Gjon Mili, menemukan lampu yang mampu berkelip berkali-kali dalam hitungan sepersekian detik. Lampu itu disebut strobo dan berguna untuk mengamati gerakan yang cepat. Foto atlet loncat indah yang sedang bersalto, misalnya, bisa difoto dengan strobo hingga menghasilkan rangkaian gambar pada sebuah bingkai gambar saja. 

Demikian pula penemuan film inframerah yang membantu berbagai penelitian. Kabut yang awalnya tak tembus cahaya biasa, bisa tembus dengan sinar inframerah. Tidak mengherankan jika fotografi inframerah in banyak dipakai untuk pemotretan udara ke daerah-daerah yang banyak tertutup kabut.

Kemajuan Pesat
Kemajuan teknologi memang memacu fotografi dengan sangat cepat. Jika dulu kamera berukuran sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tak terlalu tajam, kini kamera digital yang hanya berukuran sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam seukuran koran.

Temuan teknologi makin maju, sejalan dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Karena belum bisa membawa foto ke dalam proses cetak, surat kabar mula-mula menyalin foto ke dalam gambar tangan. Dan surat kabar pertama yang memuat gambar sebagai berita adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran.

Pada tahun 1880, ditemukan proses cetak half tone, yang memungkinkan foto dibawa ke dalam surat kabar. Foto pertama yang ditayangkan adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown karya Henry J Newton, dan dimuat surat kabar New York Daily Graphic Amerika Serikat, pada 4 Maret 1880.

Banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang ditemukan Edwin Land, umpamanya, pasti sudah tak dilirik orang lagi karena kini foto digital juga sudah nyaris dapat langsung jadi. Juga, temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung mati suri, karena teknologi digital langsung masuk menggeser semuanya.

Namun bagaimanapun juga, fotografi adalah bagian penting dari kebudayaan manusia.


salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Silahkan Komentar maupun Pesannya.... lampirkan alamat email atau web anda:..... Thanks