Laman

Friday, May 27, 2011

Pendahuluan Mind Set

1. Pendahuluan
1.1 Arti dan makna ’mind-set’
Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan ‘mind-set’ , yang terdiri dari kata ’mind’ dan kata ’set’. Secara harafiah, bila dilihat di kamus 1 , arti kata ’mind’ adalah : “what a person thinks or feels; way o thinking, feeling, wishing; opinion, intention; purpose” . Apa yang dipikirkan atau dirasakan seseorang; cara seseorang berpikir, merasa, berharap, ber maksud, dan bertujuan ; Sedangkan kata ‘set’ menunjukkan banyak arti, antara lain yang bersesuaian dengan konteks mind adalah : menjadikan sesuatu, mempersiapkan sesuatu untuk ditangani, menyebabkan seseorang melakukan sesuatu, nyetel, menata sesuatu untuk tujuan tertentu. Jadi secara harafiah,mind-set’ berarti: setelan/ tatanan pikiran, perasaan, harapan seseorang dalam menghadapai situasi.  

Dalam pengertian teknis -Technical term, ‘Mind-set’, yang juga disebut ‘mental-set’ adalah “ A habitual or characteristic mental attitude that determines how you will interpret and respond to situations” Dengan perkataan lain mind-set adalah mentalitas atau sikap mental yang sudah mejadi kebiasaan seseorang, dan yang menentu kan bagaimana ia memaknakan dan memberi respon kepada situasi yang dihadapinya.
1 Oxford Learner’s Pocket dictionary

1.2 Posisi di diri dan bagaimana terbentuknya?
Dalam diri manusia, terdapat tiga ranah yaitu ranah spiritual, ranah kejiwaan atau mental dan ranah fisik. Intisari dari ranah spiritual adalah sanubari atau qalbu, yang berisi berbagai kebijaksanaan-kearifan (wisdom) tentang apa yang dianggap benar dan salah. Dengan perkataan lain dalam sanubari seseorang tersimpan nilai-nilai yang dianutnya, yang ia peroleh dari olahan atas pengalaman hidupnya.

Selanjutnya, ranah kejiwaan, didalam mana terdapat berbagai perangkat psikologik, dibangun dari tiga pilar utama , yaitu mind (mental/ pikiran) , perasaan dan kehendak. Di antara ketiga pilar tersebut terdapat interaksi saling pengaruh timbal balik. Dengan perkataan lain apa yang dipikirkan mind, dibarengi dengan perasaan dan kehendak iringan pikiran tersebut.. Begitu pula suatu perasaan dihasilkan oleh suatu pikiuran dan juga menghasilkan pikiran dan kehendak yang sesuai. Kehendak juga ditentukan dan menghasilkan suatu pikiran dan perasaan iringannya. Kemudian kesemuanya ini, untuk menjadi tindakan membutuhkan ranah fisik, tubuh kita.

Mencermati defenisi mind-set di atas, mind-set merupakan perlengkapan mental ranah psikologik, yang mendapat corak dari ranah spiritual; dan merupakan kecenderungan bertindak dalam situasi sebagaimana nampak kepadanya. Mind-set , sebagai sikap mental – mental attitude ( Gunarya, 1995) terbentuk dari apa yang diyakini (belief-cognitif), dirasakan ( affectif) dan dikehendaki siap untuk diwujudkan dalam bentuk tindakan (connatif-psikomotor). Dengan demikian, terjadinya tindakan seseorang disebabkan mind-set yang melahir kannya. Selama seseorang tidak merubah ’mind-set’nya selama itu pula arah tindakannya tidak berubah. Itu sebabnya, seyogyanya orang yang ingin maju , perlu memutahirkan ’mind-set’ nya sesuai dengan perkembangan diri dan lingkungannya.

Sebagai ilustrasi, misalnya sering kita dengar orang mengatakan : ”Badan dan kakinya sudah naik mercy, tetapi kepalanya masih di pedati” Artinya, meskipun ia mempergunakan teknologi canggih, tetapi apabila ’mind-set’nya tidak berubah, maka perilaku secara keseluruhan, terasa janggal. Anda bisa mencari contoh lain? Cobalah temukan sekurangnya satu contoh yang terjadi di lingkugan Anda, sehingga pemahaman tentang mind-set ini menjadi lebih jelas.

Selanjutnya, mengapa sekarang mahasiswa ( Anda ) perlu menyetel kembali ’mindset’ Anda? Kita bahas pada bagian berikut.

1.3 Mengapa mesti nyetel mind set ??
Anda baru saja meninggalkan sekolah Lanjutan , dan baru beberapa hari mengikuti perkuliahan di Perguruan Tinggi. Barangkali, dari pengalaman beberapa hari ini, Anda sependapat bahwa ada perbedaan cara belajar di sekolah lanjutan dengan cara belajar di perguruan tinggi.

Di sekolah Lanjutan ( Pertama maupun Atas) pada hakekatnya Anda belajar fakta dan prosedur dasar, yang biasanya dilakukan dengan cara menghafal – memorization. Cara ini memang sesuai untuk mulai memperlajari bagaimana cara belajar ( level pertama). Di Perguruan Tinggi, Anda diharapkan berpikir, sehingga Anda perlu belajar bagaimana cara berpikir. Itu sebabnya membutuhkan skill yang lebih dari skill belajar yang selama ini Anda miliki. Apabila Anda enggan berpikir sebab terbiasa menerima apapun yang disodorkan – dijejalkan kepada Anda, berarti mind-set Anda tidak sesuai.

Melalui belajar di Perguruan Tinggi, seyogyanya Anda dapat mentransformasi diri menjadi seorang pemikir kritis yang bisa membedakan mana fakta dari opini; dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data - yang punya keterbatasan; bisa mengenali berbagai asumsi dibalik suatu pernyataan atau kesimpulan; Bisa mengembangkan solusi dari personal an yang dihadapi; Dapat mengekpresikan diri baik secara verbal, oral maupun tulisan, Dengan perkataan lain, seorang luaran perguruan tinggi bisa secara nyaman beroperasi di keenam level tingkatan belajar menurut taksonomi Bloom ( Gunarya, 2004) - yang mencakup domain kognitif dan domain affektif. Artinya secara kognitif, luaran Perguruan Tinggi dapat beroperasi pada level pengetahuan - Knowledge, pemahaman -Comprehension, Penerapan - Application, Analisis – Analysis, sisntesis - Synthesis dan Evaluatif – Evaluation. Sementara secara affektif, ia dapat memberi perhatian pada ’belajar’, secara aktif dapat bereaksi terhadap ’belajar’; Dapat menghargai ’belajar’; dapat mensintesakan sistim nilai yang dianutnya; dan pada akhirnya dapat menerapkan apa yang ia yakini kedalam kehidupannya sehari hari. Semakin cepat Anda memulai belajar menjadi pemikir kritis, semakin baik. Untuk keperluan itulah Anda perlu mengkaji ulang mind-set Anda, apakah sudah sesuai dengan ajakkan belajar di Perguruan Tinggi.


salam kekuatan berawal dari hati  bayoete.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Silahkan Komentar maupun Pesannya.... lampirkan alamat email atau web anda:..... Thanks