Laman

Wednesday, June 1, 2011

TEORI KECERDASAN MAJEMUK

TEORI KECERDASAN MAJEMUK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kecerdasan atau intelejensi seseorang dibawa dari pertama kali ia dilahirkan. Akan tetapi perkembangan kecerdasan atau intelegensi itu didapatkan seseorang seiring perkembangannya dalam kehidupan. Kecerdasan terbagi-bagi menjadi tiga bagian, yaitu kecerdasan intelektual atau IQ, kecerdasan spiritual atau SQ, dan kecerdasan emosional atau EQ. ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Agar terjadi keseimbangan maka ketiganya harus diasah dengan baik melalui suatu proses pembelajaran dan pengalaman-pengalaman tersendiri.
Menurut Piaget perkembangan intelegensi atau kecerdasan anak itu terbagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motorik antara umur 0-2 tahun, tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-12 tahun), dan tahap operasional formal (12 tahun-seterusnya). Tahapan-tahapan ini pasti dilalui oleh anak dalam perkembangannya dari lahir sampai ia dewasa. Menurut piaget apabila satu tahap saja tidak dilalui oleh seorang anak, maka itu akan berakibat pada kecerdasan anak itu sendiri.
Intelegensi sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena tanpa intelegensi tersebut, seseorang tidak akan mampu untuk membedakan sesuatu, baik itu hal yang nyata ataupun hal yang tidak nyata. Jika kita membicarakan intelegensi maka tidak terlepas dari proses pembelajaran. Karena intelejensi itu berkembang dan didapatkan melalui proses pembelajaran. Jika intelegensi itu tidak diasah maka intelegensi itu tidak akan berkembang dan tidak akan ada perubahan. Daya pikir seseorang yang telah mendapat didikan dari sekolah (pembelajaran), menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah.
Intelegensi atau kecerdasan tidak hanya terpaut pada kecerdasan individual, tetapi ada pula kecerdasan majemuk. Melalui teori kecerdasan majemuk akan menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang intelejensi. Pendidikan atau pembelajaran kecerdasan ganda berorientasi pada pengembangan potensi anak bukan berorientasi pada idealisme guru atau orang tua.
Dengan paparan di atas maka kami akan mencoba untuk membahas tentang kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Agar kecerdasan majemuk itu dapat dikembangkan dengan baik dalam proses pembelajaran.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.      Apakah pengertian intelegensi itu?
1.2.2.      Bagaimanakah ciri-ciri perbuatan intelegensi?
1.2.3.      Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi?
1.2.4.      Bagaimana konsep kecerdasan majemuk itu?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1        Untuk mengetahui pengertian intelegensi
1.3.2        Memahami bagaimana ciri-ciri perbuatan intelegensi
1.3.3        Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
1.3.4        Memahami konsep kecerdasan majemuk
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar kita mengetahui dan memahami apa yang dimaksud kecerdasan majemuk itu. Dan juga mengetahui bagaimana intelegensi itu berpengaruh bagi kehidupan kita. Agar kita bisa memanfaatkan teori kecerdasan majemuk itu dalam proses pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Intelegensi
Orang berpikir menggunakan pikiran  atau inteleknya. Cepat tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergantung kepada kemampuan intelelejensinya. Dilihat dari intelejensinya kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh. Intelejensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.
William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut, Intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan  diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang. Juga Prof. Waterink seorang Mahaguru di Amsterdam, menyatakan bahwa menurut penyelidikannya belum dapat dibuktikan bahwa intelegensi dapat diperbaiki  atau dilatih. Belajar berpikir hanya diartikannya bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berpikir bertambah baik.
Pendapat-pendapat baru membuktikan bahwa intelegensi pada anak-anak yang lemah pikiran dapat juga dididik dengan cara yang lebih tepat (lihat hasil penyelidikan Frohn dimuka). Juga kenyataan membuktikan bahwa daya pikir anak-anak yang telah mendapat didikan dari sekolah, menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah. Dari batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa:
v  Intelegensi itu ialah faktor total, berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan  di dalamnya (ingatan ,fantasi, perasaan, minat dan sebagainya turut mempengaruhi seseorang).
v  Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatannyayang tampak. Intelegensinya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsungmelalui kelakuan intelegensinya.
v  Bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak lahir saja yang penting. Faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan.
v  Bahwa manusia itu dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai tujuan itu.
2.2. Ciri-Ciri Perbuatan Intelegensi
Suatu perbuatan dapat dianggap intelegensi bila memenuhi beberapa syarat antara lain:
  • Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan. Umpamanya ada soal: “Mengapa api jika ditutup dengan sehelai karung bisa padam? Ditanyakan kepada anak yang baru bersekolah dapat menjawab dengan betul maka jawaban itu intelegensi. Tetapi jika pertanyaan itu dijawab oleh anak yang baru saja mendapat pelajaran Ilmu Alam tentang api, hal itu tidak dapat dikatakan intelegensi.
  • Perbuatan intelejen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan yang hendak diselesaikannya., dicari jalan yang dapat menghemat waktu dan tenaga. Saudara kehilangan pulpen di suatu lapangan. Bagaimana cara mencarinya? Bagaimana menebang pohon-pohon di rimba raya, agar dalam waktu singkat dapat merobohkan banyak pohon? Cara mengambil kelapa di Lampung dengan memakai galah yang panjang, sedangkan di daerah Jawa pada umumnya dengan memanjat batangnya satu-satu. Mengapa?
  • Masalah yang dihadapi, harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan. Ada suatu masalah yang bagi orang dewasa mudah memecahkan/menjawabnya, hampir tiada berpikir , sedang bagi anak-anak harus dijawabnya dengan otak, tetapi dapat. Jawaban anak itu intelejen.
  • Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat. Apa yang harus anda perbuat jika anda lapar? Kalau jawabannya: saya harus mencuri makanan. Tentu saja jawaban itu tidak intelejen.
  • Dalam berbuat intelejen seringkali menggunakan daya mengabstraksi. Pada waktu berpikir, tanggapan-tanggapan dan  ingatan-ingatan yang tidak perlu harus disingkirkan. Apakah persamaan antara jendela dan daun? Jawaban yang benar memerlukan daya mengabstraksi.
  • Perbuatan intelejen bercirikan kecepatan. Proses pemecahannya relative cepat, sesuai dengan masalah yang dihadapi.
  • Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Apa yang akan saudara perbuat jka sewaktu-waktu saudar melihat orang yang tertubruk mobil dan pertolongan saudara sangat diperlukan?
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelejensi, sehingga terdapat perbedaan  intelejensi seseorang dengan yang lain ialah:
ü  Pembawaan; Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.
ü  Kematangan; Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing
ü  Pembentukan; Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelejensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah)dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
ü  Minat dan pembawaan yang khas; Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
ü  Kebebasan; Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang  tertentu dalam memecahakan masalah-masalah
Semua faktor tersebut di atas bersangkut paut satu sama lain. Untuk menentukan intelejen atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah sati factor tersebut di atas. Intelejensi adalah factor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelejensi seseorang.
2.4. Konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)
Kecerdasan Majemuk adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Konsep kecerdasan jamak ( multiple Intellegence) berawal dari karya Howard Gardner dalam buku Frames Of  Mind tahun 1983 didasarkan atas hasil penelitian selama beberapa tahun tntang kapasitas kognitf manusia ( Human Cognitif Capacities) Gardner menolak asumsi bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal. Meski sebagian besar individu menunjukkan penguasaan yang berbeda. Individu memiliki beberapa kecerdasan dan bergabung menjadi satu kesatuan membentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi. Howard Garnerd memperkenalakan sekaligus mempromosikan hasil penelitian Projecct Zero di Amerika yang berkaitan  dengan kecerdasan ganda (multiple intelligences). Teorinya menghilangkan anggapan yang selama ini tentang kecerdasan manusia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan yang selama ini dianggap ada 7 macam kecerdasan, dan pada buku yang mutakhir ditambahkan lagi 3 macam kecerdasan. Semua kecerdasan ini bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya tentu saja bebeda-beda pada masing-masing budaya. Namun secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan pada teori Gardner, David G. Lazear memberikan petunjuk untuk mengubah dan meningkatkan kecerdasan-kecerdasan tersebut lengkap dengan instrumentasinya dalam pembelajaran. Ia mengembangkan proses pembelajaran di kelas yang memanfaatkan dan mengembangkan kecerdasan ganda anak, dengan harapan dapat digunakan anak diluar kelas dalam mengenali dan memahami realitas kehidupan.
Pokok-pokok pikiran  yang dikemukakan Garnerd adalah :
  • Manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya
  • Kecerdasan selain dapat berubah dapat pula diajarkan kepada orang lain
  • Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian yang berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia
  • Pada tingkat tertentu, kecerdasan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh. Artinya dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam kecerdasan manusia bekerja bersama-sama, kompak dan terpadu.
Kecerdasan yang terkuat cenderung “memimpin”/”melatih” kecerdasan lainnya yang lebih lemah. Dikatak juga bahwa manusia mempunyai berbagai cara untuk mendekati suatu masalah dan hamper semuanya dipelajari secra alami.
Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Adapun Definisi Gardner tentang kecerdasan :
v  Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
v  Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
v  Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat didalam kehidupannya.
Penelitian Gardner mengidentifikasi ada 8 macam kecerdasan manusia dalam memahami dunia nyata, kemudian diikuti oleh tokoh-tokohlain dengan menambahkan dua kecerdasan lagi, sehingga menjadi 10 macam kecerdasan. Berikut akan dijelaskan secara singkat kesepuluh kecerdasan tersebut, yaitu:
1)      Kecerdasan Bahasa (Verbal- Linguistik Intelegence)
Merupakan kecakapan berpikir melelui kata- kata, menggunakan bahasauntuk menyatakan dan memmaknai arti yang kompleks.
Contoh: Para Penulis, Ahli Bahasa, Sastrawan, Jurnalis, Orator.
2)      Kecerdasan Matematis (Logical- Mathemaical Intelegence)
Merupakan kecakapan untuk menghitung, mengkualitatif,merumuskan proposisi,hipotesis, serta memecahkan perhitungan- perhitungan matematis yang kompleks.
Contoh: Para Ilmuan, Ahli Matematis, Akuntan, Insinyur, Pemrogram Komputer.
3)      Kecerdasan Ruang ( Visual- Spatial Intellegence)
Merupakan kecakapan berpikir dalam ruang 3 dimensi.Mampu menagkap bayangan ruang internal dan eksternal untuk penentuan arah dirinya atau benda yang dikendalikan, mengubah dan menciptakan karya 3 dimensi nyata.
Contoh: Pilot, Nahkoda, Astronot, Pelukis, Arsitek.
4)      Kecerdasan Kinestetik/Gerak Fisik (Kinesthetik Intelegence)
Merupakan kecakapan untuk melakukan gerakan dan ketrampilan , kecakapan fisik seperti olah raga.
Contoh: Penari, Olahragawan, Pengrajin Profesional,
5)      Kecerdasan Musik ( Musical Intellegence)
Kecakapan yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitive terhadap melodi, ritme, nada, tangga nada.
Contoh: Komponis, Dirigen, Musisi, Kritikus penyanyi, Kritikus musik, Pembuat instrument musik,
6)      Kecerdasan Hubungan Sosial ( Interpersonal Intellegence)
Kecakapan memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain dengan tepat, watak, tempramen, motivasi dan kecenderungan terhadap orang lain
Contoh: Guru, Konselor, Aktor,Politikus
7)      Kecerdasan Kerohanian ( Intrapersonal Intellegence)
Kecakapan untuk memahami kehidupan emosional, membedakan emosi orang-orang, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.Kecakapan membentuk persepsi
Yang tepat terhadap orang, menggunakannya dalam merencanakan dan merencanakan dan mengarahkan kehidupan yang lain.
Contoh: Psikolog, Psikiater, Filosof, Rohaniawan
8)      Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.
9)      Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual banyak dimiliki oleh para rohaniawan. Kecerdasan ini berkaitan dengan bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhannya. Kecerdasan ini dapat dikembangkan pada setiap orang melalui pendidikan agama, kontemplasi kepercayaan, dan refleksi teologis.
10) Kecerdasan Eksistensial ( exsistensialist intelligence)                        Kecerdasan eksistensial banyak dijumpai pada para filsuf. Mereka mampu menyadari dan menghayati dengan benar keberadaan dirinya di dunia ini dan apa tujuan hidupnya. Melalui kontemplasi dan refleksi diri kecerdasan ini dapat berkembang.
Pada dasarnya semua orang memiliki semua macam kecerdasan di atas, namun tentu saja tidak semuanya berkembang atau dikembangkan pada tingkatan yang sama, sehingga tidak dapat digunakan secara efektif. Pada umumnya satu kecerdasan lebih menonjol/ kuat dari pada yang lain. Tetapi tidak berarti bahwa hal itu permanen/ tetap. Di dalam diri manusia tersedia kemampuan untuk mengaktifkan semua kecerdasan tersebut. Teori Garnerd ini memang masih memerlukan penelitian lebih lanjut khususnya tentang strategi pengukuran untuk masing-masing jenis kecerdasan, serta apakah macam-macam kecerdasan yang ada adalah sejumlah yang telah diuraiakan di atas atau masih bisa bertambah lagi.
Kriteria Keabsahan Munculnya Teori Kecerdasan
ü  Memiliki dasar biologis
Kecenderungan untuk mengetahui dan memecahkan masalah merupakan sifat dasar biologis/ fisiologis manusia. Misalnya, gerak tubuh, berkomunikasi dengan orang lain, berimajinasi sendiri, menggunakan ritme dan suara, dan lain-lain. Kecenderungan-kecenderungan ini semua berakar pada sistem biologis manusia itu sendiri.
ü  Bersifat universal bagi spesies manusia
Setiap cara untuk memahami sesuatu selalu ada pada setiap budaya, tidak peduli kondisi sosio-ekonomi dan pendidikanya. Walaupun telah berkembang jenis ketrampilan pada budaya yang berbeda, namun hadirnya kecerdasan adalah bersifat universal. Dengan kata lain, kecerdasan berakar pada keberadaan spesies manusia itu sendiri.
ü  Nilai budaya suatu ketrampilan
Cara untuk memahami sesuatu didukung oleh budaya manusia dan merupakan hal yang harus diteruskan kepada generasi penerus. Contoh, pengembangan bahasa bisa berupa tilisan pada suatu budaya,hiroglif pada budaya lain, pesan-pesan lisan, bahasa-bahasa tanda, pada budaya lain pula. Namun bahasa formal dinilai tinggi dan merupakan kriteria pendidikan dan sosial seseorang.
ü  Memiliki basis neurologi
Setiap kecerdasan memiliki bagian tertentu pada otak sebagai pusat kerjanya, dan yang dapat diaktifkan atau dipicu oleh informasi eksternal maupun internal.
ü  Dapat dinyatakan dalam bentuk simbol
Setiap kecerdasan dapat dinyatakan dalam bentuk simbol atau tanda-tanda tertentu. Misalnya simbol kata, gambar, music, angka, dan lain-lain. Adanya simbol-simbol tersebut merupakan kunci bahwa kecerdasan dapat dialihkan atau diajarkan.
Strategi Dasar Pembelajaran Kecerdasan Ganda
Ada beberapa strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan ganda, yaitu:
  • Membangunkan /memicu kecerdasan , yaitu upaya  untuk mengaktifkan indera dan menghidupkan kerja otak.
  • Memperkuat kecerdasan, yaitu dengan cara member latihan dan memperkuat kemampuan membangunkan kecerdasan.
  • Mengajarkan dengan /untuk kecerdasan ,yaitu upaya-upaya mengembangkan struktur pelajaran yang mengacu pada penggunaan kecerdasan ganda.
  • Mentransfer kecerdasan, yaitu usaha memanfaatkan berbagai cara yang telah dilatihkan di kelas untuk memahami realitas di luar kelas atau pada lingkungan nyata.
Di dalam bukunya yang berjudul “Seven ways of knowing: Teaching for multiple intelligences” Lazear secara lengkap menjelaskan cara pengelolaan masing-masing kecerdasan dengan urutan seperti pada strategi dasar di atas, lengkap dengan tujuan dan proses, teori dan  penjelasan bagian otak yang berkaitan dengan kerja kecerdasan masing-masing.
Mengembangkan Kecerdasan Ganda dalam Kegiatan Pembelajaran
Kecerdasan ganda sebenarnya merupakan teori yang bersifat filosofis. Hal ini tampak pada sikapnya terhadap belajar dan pandangannya terhadapa pendidikan atau pembelajaran. Pendidikan/pembelajaran ditinjau dari sudut pandang kecerdasan ganda lebih mengarah kepada hakekat dari pendidikan itu sendiri, yaitu yang secara langsung berhubungan dengan eksistensi, kebenaran , dan pengetahuan. Gambarannya tentang pendidikan diwarnai oleh semangat Dewey yang mendasarkan diri pada pendidikan yang bersifat progresif.
Kategori-kategori yang banyak digunakan orang selama ini adalah kategori music, pengamatan ruang, dan body-kinestetik (Amstrong, 1994). Adalah hal yang baru ketika Garnerd memasukkan kategori-kategori itu semua ke dalam pengertian kecerdasan dan bukannya talenta atau bakat. Garnerd menyadari bahwa banyak orang telah terbiasa mengatakan atau mendengarkan ungkapan seperti “Ia tidak begitu cerdas, tetapi ia memiliki bakat music yang sangat hebat”. Sebagaimana orang-orang mengatakan bahwa sesuatu adalah bakat, oleh Garnerd bakat-bakat atau kategoro-kategori tersebut dikatakan sebagai kecerdasan.
Untuk memberi dasar terhadap teori yang dikemukakannya, Gardner merancang dasar-dasar “tes” tertentu, dimana setiap kecerdasan harus dipertimbangkan sebagai inteligensi yang terlatih dan memiliki banyak pengalaman, yang tidak disebut sebagai talenta atau bakat. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam teori kecerdasan ganda, yaitu:
v  Setiap orang memiliki semua kecerdasan-kecerdasan itu
v  Banyak orang dapat mengembangkan masing-masing kecerdasannya sampai ke tingkat optimal
v  Kecerdasan biasanya bekerja bersama-sama dengan cara yang unik
v  Ada banyak cara untuk menjadi cerdas
Para pakar terdahulu mengatakan bahwa pikiran dipertimbangkan sebagai sesuatu yang ada pada jantung, hati dan batu ginjal. Pakar berikutnya beranggapan bahwa kecerdasan atau inteligensi terdiri dari beberapa factor. Teori kecerdasan ganda merupakan model kognitif yang menjelaskan bagaimana individu-individu menggunakan kecerdasannya untuk memecakan masalah dan bagaimana hasilnya. Tidak seperti model-model lain yang berorientasi proses, pendekatan Gardner lebih berorientasi pada bagaimana pikiran manusia mengoprasi atau mengolah, menggunakan, menguasai lingkungan.
Pengalaman-pengalaman menyenangkan ketika belajar akan menjadi activator bagi perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan pengalaman-pengalaman yang menakutkan, memalukan, menyebabkan marah, dan pengalaman emosi negative lainnya akan menghambat perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya.
Apabila ingin mengetahui arah kecerdasan siswa di kelas, dapat diketahui melalui indicator-indikator tertentu. Misalnya, apa yang dikerjakan siswa ketika mereka mempunyai waktu luang. Setiap guru dapat menggunakan catatan-catatan kecil praktis yang dapat digunakan untuk memantau kecenderungan perkembangan kecerdasan siswa di kelas. Guru juga dapat menyusun checklist yang berisi tentang kecerdasan-kecerdasan tersebut. Cheklist dapat digunakan untuk memantau kecerdasan siswa. Selain checklist ada cara lain yang dapat digunakan yaitu mengumpulkan dokumen berupa photo, rekaman-rekaman lain yang berhubungan dengan aktifitas siswa, dan catatan-catatan di sekolah yang berhubungan dengan peringkat nilai semua mata pelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan ganda antara lain, dengan menyediakan hari-hari karir, studi tour,biografi, pembelajaran terprogram, kegiatan-kegiatan eksperimen, majalah dinding, papan display, membaca buku-buku yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan ganda, membuat table perkembangan kecerdasan ganda, atau human intelligence hunt.
Setiap siswa memiliki perbedaan kecenderungan dalam perkembangan kecerdasan gandanya, maka guru perlu menggunakan strategi umum maupun khusus dalam pembelajaran untuk mengembangkan seluruh kecerdasan siswa secara optimal. Teori kecerdasan ganda juga mengatakan bahwa tidak ada satu pun pendekatan atau strategi yang cocok digunaka bagi semua siswa. Dalam hal pengukuran kecerdasan ganda lebih mengutamakan pada studi dokumentasi dan proses pemecahan masalah. Apabila kegiatan di atas dapat dilakukan maka ketrampilan kognitif siswa pun dapat berkembang dengan sendirinya.
Ada satu alternative lain yang juga dapat digunakan dalam rangka memantau perkembangan kecerdasan siswa di kelas, yaitu dengan memberdayakan siswa sendiri. Artinya, checklist yang mencakup kecerdasan-kecerdasan tadi yang mengisi bukannya guru, tetapi pengisian dilakukan oleh para siswa. Kegiatan di kelas pada saat-saat tertentu adalah pengisian checklist tentang kecerdasan-kecerdasan masing-masing anak. Mereka saling memberikan penilaian antar teman.Selain anak diberi kesempatan untuk menilai kecerdasan temannya, ia juga diberi kesempatan untuk self-monitoring, dengan cara mengisi checklist tentang kecerdasan-kecerdasan yang dimilikinya sendiri.
Perkembangan kecerdasan juga dapat dilakukan dengan teknik “konseling sebaya”/ “tutor sebaya”. Caranya, guru menyeleksi siapakah yang memiliki keunggulan di bidang matematika misalnya, dimimta membimbing teman-temannya yang kurang dalam matematika. Demikian juga untuk bidang-bidang kecerdasan yang lain. Pembimbing di dalam kelompok dapat bergantian tergantung pada kecerdasan apa yang akan dikembangkan.
Pendekatan ini sangat tepat digunakan untuk anak-anak SMP dan SMA, mengingat pada dasarnya mereka lebih suka berbicara dan bergaul dengan teman sebayanya dari pada gurunya. Di samping itu, model konseling sebaya atau tutor sebaya dalam pembelajaran kecerdasan ganda memungkinkan berbagai aspek dalm diri anak dapat berkembang selaras dan optimal. Kelompok belajar semacam ini sangat potensial untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Guru dituntut untuk mampu mendeteksi anak-anak yang memiliki kecerdasa-kecerdasan unggul, dan membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan kebutuhan.
Pendidikan/pembelajaran kecerdasan ganda berorientasi pada pengembangan potensi anak bukan berorientasi pada idiealisme guru atau orang tua apalagi ideology politik. Anak berkembang agar mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat, bertanggungjawab, percaya diri dan mandiri tidak bergantung pada orang lain, kreatif, mampu berkolaborasi, serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik. Ketrampilan-ketrampilan ini sangat dibutuhkan oleh manusia-manusia yang hidup di era ekonomi informasi abad global.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Adapun manfaat dari kecerdasan majemuk dalam proses pembelajaran yaitu sebagai masukan berupa teori, metode dan praktek tentang pembelajaran itu sendiri.
3.2. Saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu agar teori tentang kecerdasan majemuk itu dapat digunakan dalam proses pembelajaran, tanpa membedakan antara kecerdasan siswa yang satu dengan yang lain. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Budianingsih, Asri. 2004. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber: http://ridhotha.wordpress.com/2010/01/30/teori-kecerdasan-majemuk/

 Salam Kekuatan Berawal Dari Hati bayoete.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Silahkan Komentar maupun Pesannya.... lampirkan alamat email atau web anda:..... Thanks