Makna ideational tentang wacana fotografi berkembang dari kesadaran manusia sebagai makhluk yang sempurna yang memiliki akal budi serta talenta untuk merekayasa alam lingkungan dalam kehidupannya. Masalah itu menjadi alasan yang kuat untuk memungkinkan tetap survive dan menciptakan berbagai karya teknologi bagi kehidupan sebagai tanda eksistensinya di dunia. Pada konteks fotografi, hal itu terlihat bahwa bagaimana manusia menyikapi setiap fenomena alam (natural phenomenon), dengan menemukan sesuatu untuk memecahkan dan mengungkapnya melalui konsep-konsep, teori-teori, dan wacana hingga formulasi tentang fotografi. Melalui dasar itu, selanjutnya disempurnakan dan dikembangkan oleh generasi penerus sebagai untaian chronicles yang tiada henti tentang berbagai kejadian yang memiliki nilai historis.
Ide awal fotografi pada mulanya digunakan sebagai alat bantu menggambar, menyiratkan asal-usul kamera obscura yang berevolusi menjadi alat modern yang berdiri sendiri kemudian sebagai entitas seni dalam wacana seni visual 2D. Fungsi fotografi dan berkembangnya lebih jauh sebagai medium pengabdian fenomena alam yang memiliki nilai reproduksi-representasinya yang dianggap revolusif dengan akurasi yang tepercaya. Namun, kehadirannya menghabiskan waktu berabad dalam konteks inovasinya yang juga melibatkan berbagai disiplin bidang teknologi machinal, kimia, fisika, dan implementasi kreatif yang melibatkan nilai estetis. Proses itu masih terus berjalan hingga saat ini dengan inovasiinovasi baru seperti yang dianggap mutakhir dengan hadirnya visual still atau motion, melalui format analogue maupun digital.
Fotografi menjadi wadah untuk berolah kreatif bagi fotografer yang ingin menorehkan sekaligus menyampaikan pesan sesuai dengan gaya pribadinya melalui karya fotografi. Teknik ekspresi melalui frame berupa angle tentang sudut pandang adalah proses untuk menyampaikan pesan sesuai dengan tujuannya. Hal itu seperti yang dilakukan oleh fotografer sekarang ini, setiap fotografer berusaha memiliki jati diri masing-masing sesuai dengan keahliannya. Termasuk di dalamnya, muncul jati diri adanya zeitgeist sesuai tuntutan zaman.
Jati diri serta keahlian masing-masing itu bisa dilihat seperti halnya yang dilakukan Henri Cartier Bresson dengan konsep estetisnya ‘decisive moment’ yang mengutamakan indahnya nilai kesesaatan yang estetis suatu peristiwa. Seperti yang dipublikasikan dari Graham Clarke dalam pernyataannya yang membahas konsep ‘decisive moment’-nya Henri Cartier Bresson; In photographic term it seeks the moment for a particular subject, not just in term of its appearance at the moment, but in relation to its meaning within the context… (Graham Clarke, 1997: 207), atau Darwis Triady dengan keanggunan model-model fotografinya yang berorientasi kemewahan yang eksklusif untuk pendukung visual suatu promosi/ iklan produk komersial. Semua fotografer berusaha mengemas karya fotografi menggunakan konsep dan ide brilian yang ditunjang dengan berbagai sentuhan dan olahan estetis dengan balutan abilitas yang mapan berdasarkan ideationalnya, pemilihan objek, atau trik-trik kreatif untuk mendukungnya. Seperti pernyataan ‘… there is one quality which all arts must posses, and that is what is termed the personal touch (Trachtenberg, 1980: 135).
Salam Kekuatan Berawal Dari Hati bayoete.blogspot.com
No comments:
Post a Comment
Silahkan Komentar maupun Pesannya.... lampirkan alamat email atau web anda:..... Thanks