Ada dua macam solarisasi yaitu solarisasi pada kertas foto dan pada film. Prinsip kedua solarisasi ini sama, yaitu expose-develop-expose-develop. Expose pertama adalah proses pemotretan atau penyinaran pada saat cetak. Film atau kertas foto yang terexpose harus didevelop agar timbul image. Pada saat develop kertas/ film masih peka terhadap cahaya, jika kertas/ film yang sudah terdevelop kita expose lagi dengan sejumlah cahaya dan didevelop lagi akan muncul efek yang namanya solarisasi.
Solarisasi tidak bisa dilakukan jika paper/film sudah difixer, karena paper/film sudah tidak peka cahaya lagi. Berikut uraian singkat tentang solarisasi.
Print Solarization (pada kertas foto):
1.Lakukan test print seperti biasa, setelah diperoleh exposure time, expose paper kemudian develop selama dari waktu total.
2.Pindahkan paper dari developer ke dalam tray yang berisi air bersih, agitasi sekitar 1 menit. Angkat kemudian dengan spon penyerap air hilangkan air yang menempel pada permukaan foto.
3.Expose kedua bisa dilakukan dengan lampu yang redup. Intensitas cahaya dan waktu pada second exposure memerlukan percobaan hingga ditemukan waktu dan intensitas yang sesuai. Expose bisa dilakukan dengan enlarger yang diredupkan (diafragma diset kecil).
4.Develop lagi paper tersebut selama dari waktu total kemudian stopbath dan fixer seperti biasa.
5.Print solarization bisa dilakukan sebagian yaitu dengan cara menutupi (dodging) bagian yang tidak ingin disolarisasi dengan potongan kertas yang dipotong seperti obyek. Cara lain dengan mengoleskan larutan fixer menggunakan kuas pada bagian yang tidak ingin disolarisasi setelah diexpose bilas lagi dengan air agar developer bisa bekerja (tidak terlalu terkontaminasi fixer).
Saya jarang melakukan print solarization karena kecenderungan semua tone menjadi gelap, bagian putih tidak ada (menjadi abu-abu) dan mustahil untuk membuat dua cetakan solarisasi yang identik.
Film solarisasi memiliki hasil yang lebih bagus (menurut saya) dan dari film solarisasi bisa dicetak identik tiap cetakannya, hanya saja lebih sulit (menurut orang) dan hasilnya yang grainyness. Kemungkinan berhasil-gagal adalah 50-50, makanya saya lebih senamg melakukan solarisasi film hasil dari repro slide. Teknik solarisasi film yang saya pakai saya temukan pada sebuah artikel di majalah Popular photography tahun 1993 (kalo gak salah, sekarang majalahnya udah hilang). Developer yang digunakan Kodak Dektol (saya kurang tahu kenapa dianjurkan menggunakan Dektol yamg merupakan paper developer, mungkin agar bisa diperoleh fine grain atau efek Sabatiernya labih jelas?) pada suhu sekitar 35-38 Celcius dengan waktu developing sekitar 10 menit.
Film Solarization:
1.Develop film seperti biasa dengan Kodak Dektol Stock Sollution pada 35-38 Calcius selama 5-6 menit, agitasi seperti biasa yang Anda lakukan.
2.Keluarkan developer, isi tabung proses dengan Ilford Wetting Agent atau Kodak Photo Flo, agitasi selama 30 detik buang larutan (jangan dipakai lagi karena sudah terkontaminasi), ulangi sekali lagi. Tahap ini penting agar pada second expose tidak ada sisa developer yang bisa mengakibatkan hasil belang-belonteng.
3.Dalam keadaan darkroom gelap total keluarkan film dari tabung dan reel, nyalakan safe light, expose film selama 8-12 detik. Safelight yang saya gunakan adalah Kaiser Duka 50 dengan intensitas dipasang pada 10 (max 50) diexpose dari jarak sekitar 150 cm, untuk safelight biasa sebaiknya dilapisi lagi sehingga lebih redup 50% atau lebih dari biasanya.
4.Matikan Safelight (gelap totak lagi), masukan film kembali pada reel dan tabung kemudian lanjutkan proses develop hingga waktu mencapai 10 menit, stopbath dan fixer seperti biasa. Developer jangan dipakai lagi (sudah terkontaminasi wetting agent).
Tips (untuk solarisasi film):
Gunakan film yang fine grain seperti Kodak Tmax 100, Ilford Delta 100 atau Ilfordpan Plus 50, karena hasil solarisasi pasti grainyness.
Pada pemotretan atau repro bracket mulai +2 stop sampai -3 stop.
Hati-hati pada saat second expose, karena film basah dan developer yang agak hangat, film menjadi lebih gampang tergores.
Hati-hati pada saat second expose, karena film basah dan developer yang agak hangat, film menjadi lebih gampang tergores.
Menurut pengalaman saya, temperatur developer dan waktu proses tidak terlalu kritis (makanya saya menulis temperatur 35-38 dan waktu sekitar 10 menit, lagipula kenapa harus diperhatikan jika kita sudah pasti mendapatkan film yang over sekali)
Bersiap-siap untuk mencetak dengan variable contrast paper dan teknik split filter
Gunakan developer yang bersifat fine grain, hindari developer semacam Minigrain, Superbrom, Micro MF, Pro BW dan sejenisnya.
Gunakan developer yang bersifat fine grain, hindari developer semacam Minigrain, Superbrom, Micro MF, Pro BW dan sejenisnya.
Salam Kekuatan Berawal Dari Hati bayoete.blogspot.com
No comments:
Post a Comment
Silahkan Komentar maupun Pesannya.... lampirkan alamat email atau web anda:..... Thanks